Laman

Sabtu, 31 Mei 2014

KHALIL GIBRAN - Dirundung Sunyi

Wahai teman sebayaku, jika engkau mengingat awal masa mudamu dengan
kegembiraan dan menyesalinya karena ia telah berlalu. 

Namun aku mengingatnya seperti seorang narapidana
yang dipanggil kembali oleh jeruji dan belenggu penjaranya.


Engkau menganggap tahun-tahun antara masa kecil
dan masa muda sebagai masa kejayaan
yang bebas dari kurungan dan kesusahan. Namun aku menyebut
tahun-tahun tersebut sebagai kesunyian yang menyedihkan yang jatuh seperti
benih yang masuk dan tumbuh di hatiku dan tidak dapat menemukan
jalan keluar menuju dunia pengetahuan dan kebijaksanaan. Sampai
akhirnya cinta hadir dan membuka pintu hatiku dan menyinari sudutsudutnya.
Cinta memberiku sebuah lidah dan air mata. Orang-orang mengingat
kebun-kebun, anggrek-anggrek,
tempat-tempat pertemuan, pojok-pojok jalanan yang menyaksikan permainanmu
dan mendengarkan bisikanmu yang lugu.

Aku juga mengingat tentang sebuah tempat 
yang indah di Lebanon Utara. 
Tiap kali kututup mataku, 
aku melihat lembah-lembah itu penuh dengan sihir dan ambisi, 
gunung-gunung yang tertutup oleh kemuliaan
dan kebesaran itu berusaha untuk meraih langit. 

Tiap kali aku menutup telingaku dari kebisingan kota, aku
mendengar gemericik air sungai dan gemerisik dahan-dahan. 
Semua keindahan-keindahan itu 
yang kubicarakan sekarang dan kuamati seperti
seorang anak kecil yang terpisah dari susu ibunya melukai jiwaku. 

la memenjarakanku dalam kegelapan masa muda seperti 
seekor burung elang yang ada di dalam sangkar ketika
ia melihat kawanan burung terbang bebas di langit yang luas. 
Lembah-lembah dan bukit-bukit itu membakar
imajinasiku namun pikiran-pikiran pahit menghalangi hatiku dengan
jaring tanpa harapan.

Tiap kali aku pergi ke ladang, 
tiap itu pula aku kembali d engan kecewa
tanpa mengerti apa yang memicu kekecewaanku. 

Tiap kali aku memandangi langit yang kelabu aku merasa hatiku menciut. 
Tiap kali aku mendengar nyanyian burung dan celoteh
musim semi aku terluka tanpa mengerti penyebab penderitaanku. 

Orang bilang, bahwa pengalaman membuat
seseorang kosong dan kekosongan membuatnya tanpa beban. 
Mungkin itu benar bagi orang-orang yang dilahirkan
dalam keadaan meninggal dan orang-orang yang hidup seperti mayat yang dingin. 

Tapi seorang pemuda sensitif itu lebih banyak merasa dan
sedikit mengetahui. 
la merupakan makhluk paling sial yang ada di bawah matahari. 
Karena ia dikoyak oleh dua kekuatan. 
Kekuatan pertama mengangkat dan menunjukkanmu keindahan
hidup melalui awan mimpi-mimpi.

Sementara kekuatan kedua akan menjatuhkanmu ke dalam bumi, 
memenuhi matamu dengan debu dan menyergapmu 
dengan ketakutan dan kegelapan.

Kesunyian itu memiliki kelembutan dan tangan-tangan sutera. 
Namun dengan jari-jari yang kuat ia menggenggamhati itu dan mem buatnya
sakit dengan kesepian. 
Kesunyian adalah teman kesepian sebagaimana sahabat
kegembiraan spiritual.
Jiwa pemuda yang mengalami kesepian seperti Lili putih yang tak terangkai. 
la bergetar di hadapan angin sepoi-sepoi yang berhembus,
 terbuka hatinya di siang hari dan mengatup kembali daun-daunnya 
saat bayangan malam datang.
 Jika pemuda ini tidak memiliki hiburan, sahabat atau teman
dalam permainannya maka hidupnya akan seperti penjara yang sempit. 
Di sana tidak ada yang dapat dilihatnya kecuali sarang laba-laba. 
la tak akan mendengar apa pun kecuali rayapan serangga-serangga.

Kesepian yang membuatku terobsesi selama masa mudaku bukan disebabkan
oleh kekurangan hiburan, karena aku menikmatinya. 
Bukan juga diakibatkan oleh kekurangan teman,
karena aku telah menemukannya.
Namun kesepian itu disebabkan oleh sebuah penyakit batin yang ringan
yang membuatku mencintai kesunyian.
la membunuh kesenanganku pada permainan dan hiburan. 
la memindahkan sayap masa mudaku dari bahuku. 
la membuatku seperti satu pon air di antara gunung-gunung yang
dalam permukaan tenangnya yang menampakkan bayang-bayang hantu
dan warna-warna awan-awan dan pohon-pohon. 

Namun aku tak bisa menemukan sebuah jalan keluar untuk menuju samudera.
Itulah kehidupanku sebelum aku berusia delapan belas tahun. 
Tahun tersebut seperti puncak gunung dalam hidupku. 
Karena ia membangunkan pengetahuan tentang diriku dan membuatku
mengerti tentang perubahan manusia. 

Di tahun tersebut aku dilahirkan kembali dan 
jika seseorang tidak dilahirkan lagi maka sisa hidupnya
akan seperti lembaran kosong dalam buku kehidupan. 

Di tahun tersebut aku melihat malaikat-malaikat
surga memandangku melalui sepasang mata seorang perempuan cantik.
Aku juga melihat setan-setan dari neraka 
mengamuk dalam hati seorang manusia jahat, 
yang tidak melihat malaikat-malaikat dan setan-setan
dalam kecantikan dan kebencian hidup yang akan 
jauh bergeser dari pengetahuan.
  Dan semangatnya akan jauh dari kasih sayang.***



Karya : (Khalil Gibran) 



Tidak ada komentar: