Laman

Sabtu, 31 Mei 2014

KHALIL GIBRAN - Sang Pujaan

Dialah yang disanjung-sanjung sampai gila.... Dialah pengkhayal yang menulis untuk menghancurkan moral kaum muda.... Andaikan kaum lelaki dan perempuan  yang sudah beristeri/bersuami mengikuti pendapat-pendapat Gibran dalam hal perkawinan maka akan goyahlah sendi-sendi keluarga dan akan tesengal-sengallah dasar-dasar kehidupan masyarakat
dan jadilah alam ini dan penduduknya semuanya sebagai syetan-syetan.
Waspadalah akan gaya tulisan Gibran yang indah memukau karena itu sebagian dari musuh-musuh kehidupan manusia. Gibran adalah perusuh bagi atheis dan kita menasehati penduduk gunung yang diberkati agar mereka membuang ajaran-ajarannya dan membakar karangan-karangannya sehingga ajaran-ajaran dan karangan-karangannya itu tidak ada yang menempel dalam jiwa mereka.

Kita telah membaca karyanya "Sayap-sayap Patah" dan kita menemukan bahwa karyanya itu adalah racun dalam debu, itulah sebagian yang dikatakan orang-orang tentang diriku dan mereka benar, karena aku suka berbuat berlebih-lebihan sampai gila, aku suka kehancuran namun aku suka membangun, dan di dalam hatiku ada kebencian yang belum disucikan oleh orang-orang dan ada cinta yang belum luruskan oleh orang-orang, dan andaikan memungkinkan bagiku mempertemukan adat-istiadat, prinsip-prinsip utama dan kebiasaan-kebiasaan manusia maka pastilah itu akan meragukan. 

Adapun sebagian manusia mengatakan bahwa rulisantulisanku adalah racun dalam debu. Pernyataan itu menjelaskan hakekat, dari balik cadar yang tebal, bahwa hakekat itu telanjang, murni, yang itu sesungguhnya aku tidak mencampurkan racun dalam debu tetapi aku memisahkannya dan mencerai-beraikannya Kecuali seorang budak yang menilai bahwa aku menuangkannya ke dalam gelas-gelas yang bersih lagi bening.

Adapun orang-orang yang menyanggah tentang aku di depan diri mereka, mereka berkata: Dia itu pengkhayal yang berenang sambil mengepak-ngepakkan sayapnya di antara awan-awan yang hitam menuju kilat-kilat gelas-gelas yang bening lalu ia tinggalkan apa yang ada di dalam gelas itu berupa minuman yang mereka anggap sebagai racun karena lambung mereka yang lemah tidak mampu mencerna minuman itu.

Sesungguhnya keluguan ini menunjukkan sikap tebal muka, akan tetapi bukankah tebal muka itu dengan segala kekasarannya itu lebih baik dari pada sikap khiyanat dengan segala kenikmatannya? Sesungguhnya tebal muka itu menampakkan dirinya dengan dirinya, adapun sikap khiyanat itu mengenakan pakaian yang bukan miliknya.

Kaum yang suka tertawa-tawa itu meminta Gibran untuk menjadi lebah yang terbang berputar-putar di taman-taman bunga mengumpulkan madu bunga untuk dijadikan sarang madu. Kaum yang suka tertawa-tawa itu menyukai madu sementara mereka tidak bisa berbuat baik kecuali hanya makan saja. Dan madu hanya mencair di depan api dan tidak membeku kecuali bila diletakkan di atas es.

Kaum yang suka tertawa-tawa itu juga meminta Sang Penyair -Gibranuntuk membakar sendiri dupa di depan sultan-sultan mereka, hakimhakim mereka dan kepala-kepala uskup mereka, sementara angkasa timur telah menjadi kusut disebabkan oleh asap dupa-dupa yang keluar membubung dari samping kamar pengantin, altar-altar dan kubur-kubur, akan tetapi mereka tidak merasa cukup. Di dalam hari-hari kami para pemuja itu tunduk kepada al-Mutanabbi, para pengagum menyerupakan dengan al-Khansak dan tukang-tukang jiplak itu lebih cantik dari Shafiyuddin al Halli.

Kaum yang suka tertawa-tawa itu meminta orang 'alim untuk meneliti sejarah bapak-bapak dan kakek-kakek mereka, mendalami peninggalan-peninggalan mereka, adat istiadat mereka dan kebiasaan mereka sambil menguraikan hari-hari dan malam-malam mereka di antara lipatan-lipatan bahasa mereka, runtutan kata-kata mereka dan keindahan bahasa mereka. Dan orang-orang yang suka tertawa meminta pemikir untuk membiasakan pendengaran mereka atas apa yang dikatakan oleh Baidaba', Ibnu Rusyd, Afran al-Suryani dan Yuhna al-Damsyiqi dan untuk tidak melanggar dalam tulisannya batas-batas nasehat yang dungu dan petunjuk yang sakit serta apa yang muncul di antara keduanya berupa hukum dan ayat-ayat yang jika seseorang tidak berjalan di atasnya maka hidupnya seperti rumput-rumput kecil yang tumbuh di bawah bayang-bayang dan jiwanya seperti air hangat yang tercampur dengan sedikit candu.

Pendek kata kaum yang suka tertawa-tawa itu hidup dalam panggungpanggung sandiwara termpo dulu dan mereka cenderung kepada hal-hal sepele yang menghibur, yang membuat orang terkagum-kagum dan mereka membenci ajaran-ajaran kebaikan dan ajaran-ajaran terbaik yang menyilaukan mereka dan mengagetkan mereka dari tidur mereka yang diselimuti oleh mimpi-mimpi yang meninabobokkan.

Sesungguhnya kaum yang suka tertawa-tawa itu sakit yang ditimpa penyakit dan secara berganti-ganti diserang wabah sehingga sakitnya itu menjadi kebiasaan, kepedihan terbentuk dan jadilah nasib dan kesakitannya itu nampak seperti sifat-sifat alamiyah abhkan seperti teman karib yang baik, yang menemani roh-roh suci dan jasad-jasad sehat, karena itu barang siapa yang tidak punya sifatsifat yang sakit itu ia dianggap kurang waras lagi terlarang untuk memperoleh hadiah-hadiah dan kesempurnaan yang mulia.

Tabib-tabib kaum yang suka tertawa itu banyak, mereka selalu berkutat pada kesibukan mereka dan selalu bermusyawarah dalam urusan-urusan mereka, akan tetapi mereka tidak mau mengoabti dengan selain canducandu, bius-bius waktu yang memperpanjang masa sakit sehingga tidak tersembuhkan.

Adapun bius-bius maknawi itu banyak sekali macamnya, beragam bentuknya dan warna-warnanya. Dan sebagian bius-bius maknawi itu terlahir dari sebagian bius-bius maknawi yang lain sama seperti bergilirnya penyakit-pemyakit dan orang-orang sakit, sebagian menggantikan sebagian yang lain. Dan setiap kali di kalangan kaum yang suka tertawa-tawa itu muncul orang sakit baru maka tabib-tabib kaum yang suka tertawa itu memberi untuk si sakit yang baru itu bius-bius baru.

Adapun sebab-sebab yang dapat memperlambat terwujudnya bius-bius baru itu adalah banyak jumlahnya, yang pokok adalah menyerahkan si sakit itu kepada falsafah alam raya dan qadar, kepada lemahnya hati tabib-tabib dan ketakutan mereka yang membangkitkan rasa sakit yang ditimbulkan oleh obat-obat yang mujarab.

Dan kepada kalian kami tunjukkan sebagian bius-bius itu dan penenang-penenang itu yang dijadikan oleh tabib-tabib kaum yang suka tertawa-tawa untuk merawat orang-orang sakit yang mengeluarga, yang menegara dan yang mengagama: Suami lari dan isterinya, perempuan lari dari kekasihnya karena adanya sebab-sebab yang mendasar karena itu mereka saling memusuhi, saling memukul dan aling menjauhi, akan tetapi itu tidak berlangsung lebih dari sehari semalam sampai keluarga suami dan keluarga isteri berkumpul dan bertukar pikiran yang diperindah dengan ucapan-ucapan dan kata-kata manis kemudian mereka bersepakat untuk mendamaikan pasangan suami-isteri itu, lalu mereka mendatangi isteri itu merayunya untuk meluluhkan emosinya dengan nasehat-nasehat gombal yang membingungkannya dan tidak memuaskannya, kemudian mereka memanggil si suami itu dan membanjiri kepalanya dengan pendapat-pendapat dan perumpamaan-perumpaan yang dipoles dengan hal-hal indah yang bisa melunakkan pikirannya tetapi tetap tidak bisa merubahnya. Dan demikianlah terbentuknya perdamaia-perdamaian sementara— di antara pasangan suami isteri yang berselisih itu yang karena ikatan batin berusaha mencapai keinginan mereka berupa ketentraman di bawah satu atap dengan sekuat tenaga sampai luapan emosi itu menjadi tenang dan hilanglah pengaruh bius itu yang telah dipergunakan oleh keluarga dan handai taolan itu, namun itu tidak akan berlangsung lama karena suami itu akan menampakkan kembali rasa permusuhannya dan kebenciannya dan begitu pula si isteri itu akan kembali menghilangkan kain cadar kemarahannya. Hal yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang ingin mewujudkan perdamaian antara pasanag suami isteri itu, adalah menjadikan perdamaian itu sebagai yang kedua. Barang siapa memandang baik untuk meneguk bius-bius maka dia tidak akan sudi meminum gelas yang berisi air biasa.

Suatu kaum mengangkangi pemerintahan yang berkuasa atau mengangkangi suatu tata aturan lama, lalu membuat kelompok pembaharu yang mengajak kepada pembaharuan dan kebebasan, karena itu mereka berkhutbah dengan gagah berani, menulis selebaran-selebaran, menyebarkan maklumat-maklumat, rencana- rencana kerja dan mengangkat wakil yang ideal, akan tetapi itu tidak akan berlangsung lebih sebulan atau dua bulan samapai akhirnya kita mendengar bahwa pemerintah telah memenjarakan ketua kelompok pembaharu itu atau menjanjikan untuknya suatu kedudukan. Adapun kelomok pembaharuan itu tidak terdengar lagi kabar beritanya karena orang-orangnya telah meneguk sedikit bius-bius itu dan mereka kembali kepada ketenangan dan kepasrahan diri.

Suatu kelompok umat agama bersikap angkuh kepada pemimpin agamanya dikarenakan adanya hal-hal yang mendasar, karena itu umat mengkritik kepribadiannya, menyanggah perbuatan-perbuatannya dan jemu dengan apa-apa yang datang darinya.kemudian mereka menggertaknya dengan mendrikan aliran yang lain yanglebih dekat kepada akal dan jauh dari hal-hal yang meragukan dan khurafat-khurafat.

Akan tetapi itu tidak berlangsung lama sampai akhirnya kita mendengar bahwa kaum rasionalis negeri itu telah menghilangkan perbedaan antara pemimpin dan umatnya dan berkat bius-bius yang menyihir mereka telah mengembalikan citra pemimpin agama itu dan ketaatan buta kepada jiwa-jiwa yang suka sok lagi durhaka!

Orang yang kalah dan lemah mengadukan kelaliman orang dhalim yang kuat, lalu tetangganya berkata kepadanya: Diamlah karena mata yang melawan anak panah dengan sembarangan pasti akan terjungkal.

Orang desa meragukan akan ketakwaan dan ketulusan hati para rahib, lalu temannya berkata kepadanya: Diamlah karena telah tertulis dalam al-kitab: Dengarkanlah ucapanucapan para rahib itu dan janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan mereka.

Seorang murid menentang penetapan atas penelitian orang-orang Basrah dan Kuffah dalambidang bahasa, lalu gurunya berkata kepadanya: Seungguhnya orang-orang pemalas dan yang suka berlambat-lambat itu mereka suka mereka-reka alasan untuk diri mereka dengan yang lebih buruk dari dosa.

Seorang anak kecil tidak mau mengikuti adat kebiasaan orang-orang tua, lalu ibunya berkata kepadanya: Anak itu tidak lebih utama dari pada ibunya karena itu jalan yang ditempuhnya harus kamu tempuh pula.

Seorang pemuda mempertanyakan makna-makna batasan-batasan agama, lalu seorang dukun berkata
kepadanya: Barang siapa yang tidak melihat dengan kaca mata iman maka ia tidak akan melihat alam ini kecuali kabut putih dan asap.

Dan demikianlah waktu terus berjalan sepanjang masa dan kaum yang suka tertawa-tawa itu berbaring di atas kasurnya yang empuk, mereka bangun sesaat ketika dikejutkan oleh nyamuk kemudian ia kembali terlelap karena pengaruh bius-bius yang telah menyatu dalam darahnya dan mengalir dalam keringatnya, karena itu jika seseorang yang terkena bius itu bangun, maka ia akan meneriaki orang-orang yang tidur, memenuhi ruma-rumah mereka, tempat-tempat ibadah mereka dan tempat persidangan mereka dengan suara-suara ribut.

Dan mereka membuka sayap-sayap mereka dengan rasa mengantuk yang abadi kemudian mereka berkata sambil menguap: Betapa mengesalkannya seorang pemuda yang tidur dan tidak membiarkan orang-orang tidur! Kemudian mereka menutup mata mereka dan membisikkan ke dalam telinga roh-roh mereka: Pemuda itu kafir lagi atheis, merusak moral kawula muda, merobohkan bangunan generasi bangsa-bangsa dan menusuk umat manusia dengan panah beracun.

Beberapa kali aku bertanya kepada diriku apakah jika aku menjadi salah satu dari orang-orang yang terjaga, yang bersikap sewenang-wenang terhadap orang-orang yang menolak meminum bius-bius dan penenang, maka diriku akan memberi jawaban kepadaku dengan kata-kata yang tidak jelas. 

Akan tetapi aku belum pernah mendengar orang-orang mengkafirkan namaku dan mengatakan cih atas prinsip-prinsip dasarku yang aku yakini dengan sepenuh kesadaranku dan aku tahu bahwa aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyerahkan diri kepada mimpi-mimpi indah dan khayalan-khayalan yang menyenangkan, bahkan aku bukanlah termasuk orang-orang yang suka menyendiri bersikap eksklusive  dengan kehidupan yang membuat mereka berjalan di atas jalan-jalan sempit yang ditanami duri-duri dan bunga-bunga lagi dikelilingi serigala buas dan burung-burung bulbul yang selalu berkicau.

Dan andaikan kesadaran itu sebuah anugerah maka kekuatanku akan melarangku untuk menuntut memilkinya, aka tetapi anugerah itu bukanlah anugerah melainkan hakekat asing yang nampak di depan kehampaan orang-orang yang takut sendirian dan berjalan di depan mereka. Kemudian mereka mengikutinya dan menuruti keinginan mereka yang tertarik oleh kawat-kawat mereka yang tersembunyi dan mereka berputar-putar menuju maknanya yang melenceng.

Dan bagiku, bahwasannya tidak mau menerima atas munculnya kenyatan-kenyataan pribadi adalah semacam sikap angkuh yang tak terlihat yang di kalangan kaum yang suka tertawa-tawa dikenal dengan sebutan tahdzib —mendidik.

***

Besok para sastrawan dan sekaligus para pemikir akan membaca apa yang telah ada lebih dulu, lalu kaum yang suka berkeluh kesah berkata: Sastrawan itu adalah orang yang tersisihkan yang melihat kehidupan dari sisi yang gelapnya saja, karena itu mereka tidak melihat kecuali kegelapan saja, dan pasti mereka berdiri di antara kita memanggil-manggil, menangisi kita sambil mentertawai keadaan kita.

Karena itu untuk para sastrawan sekaligus para pemikir itu aku akan berkata: Aku akan memuji-muji kaum yang suka tertawa-tawa, karena menari-nari di depan usungan mayat itu adalah kegilaan yang bermartabat lagi benar.

Aku menangisi kaum yang suka tertawa-tawa karena tertawa atas orangorang yang sakit itu adalah kedunguan yang berlipat-lipat. Aku meratapi negeri tercinta, karena bernyanyi di depan orang yang tertimpa musibah itu adalah ketololan yang buta.

Aku berlebihan dan tersingkirkan karena aku orang yang menegakkan cahaya kebenaran yang itu menjelaskan separo kebenaran dan menyisakan separo kebenaran yang lain dalam keadaan tertutupi di balik ketakutannya akan prasangka-prasangka orangorang dan ocehan-ocehan mereka.

Aku melihat rongga yang merintih kesakitan, karena itu jiwaku gemetaran, isi perutku terasa mual dan aku tidak bisa duduk di depannya, sedangkan di sebelah kananku ada segelas minuman lezat, dan disebelah kiriku ada sepotong manisan harum.

Dan andaikan ada orang yang ingin mengganti ratapanku dengan tertawa, merubah rasa gemetaranku
menjadi keteguhan hati, dan menggantikan ketersisihanku dengan keadilan maka orang itu hams menjadikan aku di antara orang-orang yang tertawa itu sebagai hakim yang adil, ahli syari'at yang bertanggung jawab, menjadikan aku sebagai pemimpin agama yang berbuat dengan apa yang ia ketahui dan menjadikan aku sebagai suami yang bisa memandang isterinya dengan mata  yang dengan mata itu ia bisa melihat dirinya.

Jika di sana ada orang ingin menyaksikan aku menari, mendengarkan aku memukul kendang dan meniup seruling maka orang itu harus mengundang aku ke rumah pengantin lelaki dan bukannya membuatku berdiri di antara kubur-kubur sunyi.

*********************


(Karya:  Khalil-Gibran)


Tidak ada komentar: