Junaid Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mempunyai anak didik yang amat ia senangi. Santri-santri Junaid yang lain menjadi iri hati. Mereka tak dapat mengerti mengapa Syeikh memberi perhatian khusus kepada anak itu.
Jumat, 21 November 2014
Bahlul dan Tahta Raja
Bahlul, si tolol yang bijaksana, sering menyembunyikan kecendekiaannya di balik tabir kegilaan. Dengan itu, ia dapat keluar masuk istana Harun Al-Rasyid dengan bebasnya. Sang Raja pun amat menghargai bimbingannya.
Nasihat Darwisy Untuk Raja Zalim
Sa'di bercerita; Alkisah, Seorang raja yang zalim berkenan memanggil seorang darwis ke istananya
untuk memberi nasihat. Ketika sufi itu datang, Raja Zalim berkata, "Berikan aku nasihat. Amal apa
yang paling utama untuk aku lakukan sebagai bekalku ke akhirat nanti?"
untuk memberi nasihat. Ketika sufi itu datang, Raja Zalim berkata, "Berikan aku nasihat. Amal apa
yang paling utama untuk aku lakukan sebagai bekalku ke akhirat nanti?"
Keperluan Yang Makin Mendesak
Pada suatu malam, seorang penguasa tiran di Turkistan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang darwis. Tiba-tiba bertanya tentang Nabi Khidir. Khidir, kata darwis itu, datang kalau diperlukan. Tangkap dan jubahkan ia kalau ia muncul, dan segala pengetahuan menjadi milik paduka. Apakah itu boleh terjadi pada siapa pun? Siapa pun boleh, kata darwis itu.
Tiga Nasihat
Pada suatu hari, ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri kau tiga nasihat.
Tuhan Melihat Hatimu
Pada suatu hari, Hasan Al-Basri pergi mengunjungi Habib Ajmi, seorang sufi besar lain. Pada waktu salatnya, Hasan mendengar Ajmi banyak melafalkan bacaan salatnya dengan keliru. Oleh karena itu, Hasan memutuskan untuk tidak salat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang pantaslah bagi dirinya untuk salat bersama orang yang tak boleh mengucapkan bacaan salat dengan benar.
Orang yang Berjalan di Atas Air
Seorang darwis yang berpegang kepada kaidah, yang berasal dari mazhab yang saleh, pada suatu hari berjalan menyusur tepi sungai. Ia memusatkan perhatian pada berbagai masalah moral dan ajaran, sebab itulah yang menjadi pokok perhatian pengajaran Sufi dalam mazhabnya. Ia menyamakan agama, perasaan,
Relativitas Keju
Setelah bepergian jauh, Nasrudin tiba kembali di
rumah. Istrinya menyambut dengan gembira, "Aku punya sepotong keju untukmu,"
kata istrinya.
Jatuhnya Jubah
Nasrudin pulang malam bersama teman-temannya. Di
pintu rumah mereka berpisah. Di dalam rumah, istri Nasrudin sudah menanti
dengan marah. "Aku telah bersusah payah memasak untukmu sore tadi !"
katanya sambil menjewer Nasrudin. Karena kuatnya, Nasrudin terpelanting dan
jatuh menabrak peti.
Periuk Beranak
Nasrudin meminjam periuk kepada tetangganya.
Seminggu kemudian, ia mengembalikannya dengan menyertakan juga periuk kecil di
sampingnya. Tetangganya heran dan bertanya mengenai periuk kecil itu.
Ke-Kekalan Masa
Ketika memiliki uang cukup banyak, Nasrudin
membeli ikan di pasar dan membawanya ke rumah. Ketika istrinya melihat ikan
yang banyak itu, ia berpikir, "Oh, sudah lama aku tidak mengundang
teman-temanku makan di sini."
Terburu-Buru
Keledai Nasrudin jatuh sakit. Maka ia meminjam
seekor kuda kepada tetangganya. Kuda itu besar dan kuat serta kencang larinya.
Begitu Nasrudin menaikinya, ia langsung melesat secepat kilat, sementara
Nasrudin berpegangan di atasnya, ketakutan.
Bahasa Burung
Dalam pengembaraannya, Nasrudin singgah di
ibukota. Di sana langsung timbul kabar burung bahwa Nasrudin telah menguasai
bahasa burung-burung. Raja sendiri akhirnya mendengar kabar itu. Maka
dipanggillah Nasrudin ke istana.
Langganan:
Postingan (Atom)