Laman

Minggu, 09 November 2014

JIWA

Yang pertama sekali kita perhatikan adalah sosok "JIWA"
Allah berfirman: "Demi jiwa dan Dia yang menyempurnakannya dan memperkenalkannya kepadanya keburukannya dan kebaikannya. Sungguh beruntung orang yang dapat mensucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorkannya (Qs 91: 7-10)


Ketahuilah bahwa jiwa adalah musuh dengan wajah seorang teman. Kekejaman dan daya tipunya tidak ada habisnya. Menolak kejahatannya dan menaklukkannya merupakan tugas yang paling penting, karena jiwa adalah musuh yang paling buruk lebih buruk dari setan dan kaum kafir.

Untuk melatih jiwa dan membawanya kembali kepada keadaan yang sejahtera dan membuatnya meningkat dari sifat menguasai kejahatan menuju tingkat berdamai dengan Allah merupakan tugas besar. Puncak kebahagiaan manusia terletak pada penyucian jiwa. Sementara puncak kesengsaraan manusia terletak pada tindakan membiarkan jiwa mengalir sesuai dengan tabiat alamiah. Itulah sebabnya Allah befirman:

"Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya "

Alasannya karena penyucian jiwa dan latihan jiwa mengakibatkan dikenalnya jiwa, dan pengenalan jiwa menimbulkan pengetahuan akan Tuhan, sebab barang siapa yang mengenal jiwanya sendiri akan mengenal Tuhannya.

Pembersihan dari kotoran yang melekat pada jiwa, adalah salah satu fokus kita kali ini, sehingga kita benar-benar bisa merasakan bagaimana rasanya hati kita menjadi bening dan nyaman. Jiwa menjadi tenang dan akan mendapat sapaan Allah seperti dalam ayat-Nya:

"Wahai jiwa yang tenang datanglah kehadirat Tuhanmu dengan keadaan ridho dan diridhai" (Qs Al Fajr 27-28 )

Jiwa yang seperti inilah yang kita tuju. dan tentunya dengan niat dan perjuangan yang sungguh-sungguh.

Membuka Jalur Komunikasi Kepada Allah
Rasulullah pernah berwasiat kepada Sayyidina Muadz bin Jabal tentang bacaan doa yang didawamkan " Ya Allah, ajarkan aku tentang ingat (dzikir) kepada Engkau, dan syukur serta ajarkan kekhusyu'an dalam beribadah kepada-Mu"

Wasiat diatas merupakan pintu untuk membuka jalur komunikasi kepada Allah dimana ada hal-hal yang manusia tidak mampu mendialogkan kepada orang lain atau manusia tidak bisa menunjuki jalan yang diinginkan. seperti yang tercantum dalam do'a Sayyidina Muadz bin Jabal diatas, hanya kepada Allah-lah kita meminta pertolongan dan petunjuk. (Qs 1:)

Komunikasi adalah melakukan dialog langsung secara lugu dan polos sesuai dengan keadaan hati kita, tidak perlu bergaya-gaya dihadapan Allah apalagi dilagu-lagukan. Cukup diam dengan rasa rendah hati (tawadhu'), dan menjaga kesopanan dihadapan Allah, serta rasakan bahwa Allah sedang berada sangat dekat bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Panggillah Asma-Nya yang baik-baik, Ya Allah...Ya Allah ... Ya Allah berulang-ulang dengan menghadirkan hati serta kerinduan yang dalam. Hal tersebut selalu harus terus Anda lakukan setiap habis melakukan shalat. Kemudian kalau ada kesempatan waktu lakukanlah dialog-dialog dimana saja berada karena Allah ada dimana saja anda berada.

Kalau seandainya tiba-tiba anda menangis ketika berdzikir atau bahkan ketika shalat ... hal tersebut tidak perlu dirisaukan karena al Quran telah menjamin dan akan membimbing perjalanan kita mudah-mudahan anda mendapatkan karunia dari Allah swt. Amin (Buka surat Maryam ayat 58)

Didalam tafakkur kita sebaiknya tetap berbekal ilmu syariat, bahwa Allah bukan laki-laki juga bukan wanita atau tidak bisa dibayangkan dan disamakan dengan makhluqnya.

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah, itulah petunjuk Allah.

sebab pada intinya "JIWA" lah yang menjadi penyebab kerusakan manusia, dan pada jiwa pula manusia menjadi tinggi derajadnya disisi Allah sedang kebersihan jiwa hanya bisa ditempuh dengan jalan mengingat Allah (Dzikrullah) secara terus menerus serta berusaha keras menghadap untuk berbakti kepada Allah kemudian berpaling dari kemauan syahwat itulah yang membersihkan dan menjernihkan hati.

Secara luas, al Qur'an menggambarkan sebagai fokus dari apa yang membuat seorang manusia menjadi manusiawi, pusat dari kepribadian manusia. Dan karena manusia terikat erat dengan Allah, pusat ini merupakan tempat dimana mereka bertemu Tuhan. Pertemuan ini merupakan dimensi kognitif dan juga dimensi moral.

Karena hati merupakan pusat sejati dari seorang manusia. Tuhan menaruh perhatian khusus padanya dan kurang begitu memperhatikan amalan-amalan aktual yang dilakukan orang-orang "Tidak ada celanya jika kamu berbuat salah, kecuali jika hatimu menyengaja" (Qs 33:5)

"Tuhan tidak akan menghukummu karena sumpah yang tidak disengaja, akan tetapi Tuhan akan menghukummu karena sumpah yang disengaja oleh hatimu. Dan Tuhan maha pengampun lagi maha penyantun (Qs 2:225)

Dan sebuah Hadist menyatakan bahwa

"Allah tidak melihat badanmu atau bentukmu, melainkan kedalam hatimu"

Karena hati adalah tempat yang dilihat Tuhan, ia merupakan kunci menuju kemunafikan, watak yang paling buruk dalam pandangan muslim.

"Tuhan tahu apa yang ada dalam hatimu (Qs 33:51)

Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia . Kehadiran-Nya terasa didalam hati, dan wahyu diturunkan kedalam hati para Nabi .

"(Jibril) menurunkan wahyu kedalam hati nurani mu dengan izin Tuhanmu, membenarkan wahyu sebelumnya, ...(Qs 2:97)


From: Cak Sangkan <patrap1@yahoo.com>
Date: Tue Dec 21, 1999 6:40am
Subject: PENYUCIAN JIWA

Tidak ada komentar: