Laman

Jumat, 06 Juni 2014

THE CIRCLE OF LOVE (Berdiri Di Depan Pintu)

Saat berdoa dalam hati, kita berdoa di depan pintu antara dua dunia, menuggu Dia untuk menolong kita. Ia yang merupakan esensi kita yang terdalam, selalu di situ, secara abadi, mengamati, mendengarkan, menunggu kita untuk datang padaNya. Kita berpikir bahwa Ia terpisah, karena kita berdiri di depan pintu, terjebak dalam dunia dualitas. Tapi, saat kita berdoa dengan
perasaan, berdoa dengan intensitas hati, maka pintu akan terbuka.

Sebenarnya, pintu itu tidak pernah tertutup, tapi egolah sebenarnya yang telah menutupi ambang pintu. Salih Al-Murri berkata, “Barang siapa gigih dalam mengetuk pintu, ia hampir membuat pintu terbuka baginya.”

Rabiah bertanya pada Salih, “Berapa lama lagi kau akan berkata demikian?

Kapankah pintu tertutup sehingga seseorang harus mememinta untuk dibuka?”

Intensitas perasaan kita membawa kita ke luar batas dari ego. Cinta mendengar panggilan kita dan membuka pintu yang sebenarnya tidak pernah tertutup. Kita didengar oleh hati kita sendiri dan kebutuhan kita terjawab oleh cinta. Cinta tertarik karena kebutuhan, sebagaimana Rumi berkata, Tidak hanya sang haus yang mencari air, Tapi air pun mencari sang haus.

Cinta, kekuatan terbesar di jagat raya, berperan lebih daripada menyembuhkan hati.

Cinta adalah kendaraan berkah-Nya, alat rahmat-Nya. Cinta membawa pengertian dan

kedekatan, baik kebijaksaan maupun kenyamanan.

Doa adalah pembersih hati, karena doa membawa kita menuju arus cinta yang mensucikan di pusat penciptaan, arus yang menyatakan,“Ia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya” (Q 5:59). Dalam doa, kita disuckan melalui pengingatan akanNya, bukannya karena kehendak ingin suci, seperti digambarkan dengan indahnya dalam mimpi berikut ini: Saya berada di halaman sebuah masjid kuno, Dari sebuah keran kuno hitam, keluarlah air sejernih kristal yang Membasuh kedua tanganku, seperti dalam solat, aku mengambil wudlu.

Setiap bagian diriku terasa menjadi sangat kuno…seperti bagian dalam terasa bersatu ke dalam air yang indah ini, sementara setiap atom di dalamku menyayikan DoaNya. Aku menjadi demikian bersih dan semakin bersih.

Di dalam ruang sakral di hatinya sendiri, sang pemimpi berdoa, dan doanya sendiri adalah pensucian, pensucian di mana air sakral yang berasal dari penghambaannya mengalir pada dua belah tangannya, mensucikan dia. Doanya adalah doa terdalam untuk menyatu, sebuah doa tanpa kata-kata dimana ia berserah diri pada doanya sedemikian menyeluruhnya, sehinga ia mendengar setiap atom dalam keberadannya ( wujud) malantunkan nyanyian-nyayian doaNya. Kekuatan doanya adalah daya mensucikan dari cinta dan penghambaan; penghambaan yang merupakan milik setiap atom dirinya sendiri.

Ini adalah doa yang lahir dari kemanunggalan yang membawa kekuatan cintaNya. Hati membangkitkan kebutuhan jiwa terdalam, kebutuhan untuk memandang Ia yang dicintai, untuk kembali dari dualitas ke kesatuan. Tapi, di dunia perpisahan ini, kebutuhan hati bisa termanifestasikan dalam berbagai cara; doa yang sunyi dapat termaifestasikan melalui kata-kata. Pecinta membawa kebutuhan mereka dan kebutuhanorang lain ke hadapan sang Kekasih. Pada saat kita berdoa dengan intensitas kebutuhan yang nyata, baik untuk kita sendiri maupun untuk orang lain, kita menarik cintaNya.

Tapi pada saat kita berdoa untuk diri sendiri, sebaiknya tidak berdoa untuk kebutuhan materi, melainkan untuk pembersihan hati, untuk pengertian, kasih sayang, apa pun yang dapat membawa kita dekat atau dalam menghambakan diri padaNya. Kita tidak perlu berdoa untuk ego dan keinginan-keinginan kita, karena doa hati itu milik dimensi Diri yang jauh lebih besar. Doa mengarahkan kita dari dualitas kembali pada kesatuan, tapi saat kita berdoa untuk ego, kita terperangkap dalam dualitas dan perpisahan.

Bahkan pada saat kita berdoa untuk orang lain pun, kita harus berhati-hati. Kita bisa berdoa untuk penyembuhan, untuk bimbingan, untuk pertolongan dalam situasi yang berat, atau hubungan yang sulit, misalnya, tapi, haruskah kita berdoa untuk mendapatkan materi? Bedoa untuk menemukan apartemen atau pekerjaan, tidaklah “salah”, tapi pikiran sangat mudah terperangkap dalam tataran materi karenanya, yang para mistik tahu bahwa ini adalah tarian penampilan, kamar kaca ajaib yang dapat mengajarkan kita akan diri sendiri.

Seringakali, berdoa bagi pemahaman untuk diri kita dan orang lain lebih baik, sehingga kita bisa mendapatkan pelajaran dari suatu keadaan, bukannya berdoa untuk mengubah keadaan itu. Kalau kita memahami pesan-pesan batin dari situasi lahiriyah kita, dan mengarahkan usaha kita sesuai kebutuhan, keadaan akan berubah dengan sendirinya; pekerjaan akan datang pada kita. Kehidupan adalah guru terbesar, dan bimbingan batin dapat menolongkita menangkap makna situasi lahiriyah kita, untuk memetik pelajaran sehingga kita tidak mengulangi kesalahan. Selama berjalan di antara dua dunia ini, pejalan mengetahui akan pentingnya mengambil tanggung jawab batin akan situasi  lahiriyah.

Pejalan yang ikhlas tidak pedulia kan hasil lahiriyah, dalam keberhasilan maupun kesalahan, karena ia tahu bahwa hidup adalah pangung sandiwara di mana kita mendapatkan latihan-latihan untuk belajar dari interaksi kita, baik dengan manusia maupun dengan kejadian-kejadian. Doa dapat menolong kita membuka arti sesungguhnya dari situasi lahiriyah, dan menolong kita bertahan dalam situasi itu, bagaimana pun sulitnya, hingga tujuan terdalam dari situasi itu akan terbuka. Kalau tidak, seperti dalam kata-kata TS Elliot, “kita mengalami sebuah situasi tapi kita tidak dapat menagkap maknanya”(13). Doa, -yang menghubungkan kita dengan diri yang terdalam,- bisa berisi tentang kesulitan di penghambaan kita, dalam tujuan jiwa kita yang lebih luas. Dengan mempersembahkan masalah-masalah kita, ketidaktauan kita, kita tahu bahwa kita didengar. Kita tahu bahwa hubungan telah terjalin di luar batas ruang dan waktu, di luarlkonflik berseberangan yang dapat menimbulkan begitu banyak rasa sakit dan kebingungan.

Tapi, kualitas doa seperti ini membutuhkan keberserahdirian dan kesabaran. Kita harus bisa menerima bahwa kita akan tahu dan mengerti, hanya menurut kehendakNya, bukan berdasarkan kebutuhan kita. Kita harus bersabar hingga arti sejatinya terbuka, hingga kita diijinkan untuk mengetahui arti lebih dalam dari sebuah situasi dan cara-cara penyelesaiannya. Kita pun harus percaya atas apa yang telah diberikan dan atas apa yang akan diberikan. Kualitas keberserahan diri seperti ini adalah sebuah aspek dari kemiskinan spiritual, dimana kita mengaku kita berada dalam tanganNya dan hanya Ia yang mampu mengobati berbagai penyakit, hanya Ia yang dapat memenuhi kita.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Pepatah Persia dalam kulit buku, dari Hafiz,
“Kita bukan datang ke pintu ini, mencari kebesaran dan kemenangan.”
Keluarlah dari lingkaran waktu Dan masuklah ke dalam lingkaran cinta Rumi
Apakah artinya kemapanan dalam kafilah
Bila setiap saat lonceng sang unta berbunyi, “Angkat muatan”?
Kegelapan malam, ombak yang menakutkan Pusaran air yang mencemaskan.
Bagaimana mereka tahu keadaan kita Mereka yang berjalan ringan di sepanjang pantai?
(Mereka yang tidak pernah menyelam ke kedalaman samudra)
/
BERDIRI DI DEPAN PINTU

Tidak ada komentar: