Laman

Jumat, 06 Juni 2014

THE CIRCLE OF LOVE (Penuh Perhatian Dan Kebutuhanya)

Belajar untuk meminta dengan kerendahan hati, kesabaran dan kemiskinan, juga berarti belajar untuk mendengar. Kita menunggu jawabanNya di dalam hati, kata-kataNya, bahkan saat kita belum bertanya. Mendengar adalah bentuk lain dari berdoa, dimana keseluruhan diri kita dalam keadaan terbuka dan menerima. Doa adalah komuni dengan Tuhan; kita berbagi kebtuhan
kita denganNya, juga kita belajar untuk memberi perhatian pada kata-kataNya, pada kebutuhanNya bagi kita. Mendengar di dalam hati, berarati menghubungkan diri pada Kekasih kita. Kita tumbuhkan telinga hati, pendengaran batin dalam jiwa. Kata-kataNya memiliki frekwensi lebih tinggi dibandingkan percakapan biasa; kata-kata ini lebih samar dan mudah sekali terlewatkan. Untuk medengarkan, diperlukan perhatian dan pembedaan, karena kita harus bisa membedakan mana suara ego dan mana suara sang Kekasih. Tapi, ada perbedaan menyolok; kata-kata ego dan pikiran adalah milik dualitas, sementara kata-kata hati mengandung ukiran-ukiran kemanuggalan. Dalam hati, tidak ada perselisihan, tidak ada kau dan aku, hanya kemanunggalan yang terbuka. Hati mampu merengkuh kesulitan, sementara ego berpihak/memilih-milih.

Mendengarkan sambil menunggu kata-kataNya, akan mengalihkan perhatian dari kebutuhan kita sendiri ke perhatian pada kebutuhanNya. Dalam kebutuhan kita, kita memanggil namaNya dan kemudian menunggu di depan pintu hati, mendengarkan jawabanNya. Tapi, perlahan-lahan, tanpa terasa, pendengaran batin kita menjadi lebih penting daripada kebutuhan kita. Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi semakin sedikit, sementara perhatian kita padaNya berkembang. Saat Ia mulai mengasupi kita dengan responNya, kebutuhan jiwa akan kebersamaan denganNya terbimbing, dan jiwa bukan lagi bayi kelaparan yang menangis dalam kegelapan karena diabaikan.

Kita memandangNya dan Ia memandang kita. Banyak saat ketika responNya terhadap doa-doa kita begitu dalam atau samar sehingga kita tidak menyadarinya- tak tertangkap oleh kesadaran kita. Tapi pada saat kita menyadari berkahNya, maka komuni jiwa dengan penciptanya dibawa ke kesadaran. Kadang-kadang, responsNya adalah perasaan, meningkatnya kesadaran dan intuisi. Dia mungkin membuka hati kita sepenuhnya atau menyentuh hati orang lain. Responsnya dapat merupakan jawaban di dunia lahiriyah, sebuah sinkronisasi yang menangkap perhatian kita, perubahan situasi maupun penyembuhan.

Kadang-kadang, Ia berkomunikasi langsung dengan kata-kata. Kita mungkin mendengar suaraNya seperti suara kecil dan tenang, atau pemikiran yang tiba-tiba timbul. Dalam meditasi, saat pikiran tenang, kita mungkin dapat mendengar kata-kata pertolongan atau pun kata-kata bimbingan. Atau Ia mungkin berbicara dalam mimpi, ketika kata-kataNya membawa energi yang kita tahu bukan berasal dari psyche kita. Seperti saat aku (pengarang-red) diberi tahu “Ia memiliki kelembutan khusus untuk kepandiran dirinya sendiri”. Kadang-kadng, kita membuka buku dan kata-kata yang terbaca adalah pesan dari sang Kekasih. Ia berbicara pada kita dengan banyak cara. Menjawab doa kita, menampakkan diriNya baik dalam ufuk maupun dalam diri sendiri.

Ketika Ia berbicara atau menyindir kita, maka saat itulah kita tahu bahwa kita adalah milikNya, dan kita mulai merasa aman akan kepemilikan ini. Responsnya membawa keintiman hubungan ini. Bahkan pada saat-saat “musim”kering, saat Ia tidak berbicara pada kita, kita ingat akan ukiran responsNya pada kita. Perbuatan-perbuatanNya membawa keindahan suatu keajaiban. Kata-kataNya merupakan kualitas kesadaran Ilahiyyah. Saat ia memberi repons pada kita, kita tahu bahwa Ia mengetahui kita, bukan hanya bagian dari massa ssecara umum, malainkan sebagai individu, dengan kebutuhan unik tersendiri. Kemanunggalan tak bertepi ini datang kepada kita dalam kesendirian kita ini.

Kita berdoa pada Dia dan Ia menjawab. Mengetahui bahwa doa kita terengar, kita merasakan keindahan, menyadari adanya hubungan batin antara jiwa dan Tuhan, bukan cuma ide abstrak, tapi sebagai sebuah realitas hidup. Ada perbedaan besar antara, “Tuhan peduli pada kita” berdasarkan kata-kata, dengan mengalami keintiman dan perhatian ini sendiri. ResponsNya membawa ke kesadaran, mata rantai antara jiwa dan Kekasihnya. Kita mengalami keabadian saat ia menjadi bagian dari waktu dan tempat, hubungan vertical dari jiwa saat bertemu dengan tataran horizontal dunia ini.Kita, tidak lagi percaya padaNya, kita tahu (mengetahui) Nya.

Saat kita tahu bahwa Tuhan ada dan peduli pada kita, terbuka pada kita, maka kita rindu untuk melayaniNya. Bahwa Ia peduli pada hambaNya, meyebabkab keinginan untuk meyembahNya bangkit. Keinginan untuk melayani tuan kita telah terpatri dalam jiwa, sejak di alam alastu, saat Tuhan menyampaikan pada humanitas-yang-belum-tercipta, “Bukankah aku Tuhanmu?”dan kemanusiaan itu mennjawab, “Ya, kami bersaksi.” (Q7:171).

Saat persaksian ini dibawa mendekati kesadaran, ia membawa keindahan dan keajaiban spiritual yang merupakan milik jiwa. Secara insting, kita bersujud padaNya dan tahu bahwa kita pernah bersujud padaNya. Kita menghormati fungsi jiwa untuk bersaksi bahwa Ia adalah Tuhan dan kita meraih peran kita sebagai hamba. Kepuasan untuk hidup dalam hubungan primal ini, dari melaksanakan tugas kita sebagai hamba secara sadar, sangat dalam dan penuh pertahanan. Kita bawa kehidupan ini ke tahap hubungan jiwa dengan Penciptanya.

Dengan memberikan perhtaian pada kebutuhanNya, dapat memenuhi kebutuhan sang hamba. Kita lahir untuk melayaniNya; ini merupakan sifat terdalam kita. Saat hamba tahu perannya sebagai sahaya dan mulai hidup dalam peran ini, keajaiban, keindahan dan kedalaman makna-makna akan menyemaikan kehidupan. Dengan mendengarakan akan kebutuhanNya dan mencoba untuk memenuhiNya, kita mensejajarkan keseluruhan diri kita dengan tujuan jiwa yang terdalam. Kemudian, nyanyian jiwa dapat terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan hamba untuk memenuhi kebutuhan tuannya, adalah sama dalamnya dengan kebutuhan pencinta untuk bersatu dengan Kekasihnya. Beberapa sufi bahkan berkata bahwa itu lebih manis untuk melayani Dia, Seribu kali Lebih manis dari kesatuan Aku telah menemukan perpisahan ini Yang Kau kehendaki Dalam Kesatuan, Aku adalah hamba dari diri Dalam perpisahan, Aku adalah hamba tuanku; aku lebih baik sibuk Dengan Teman Apa pun situasinya Daripada dengan diri sendiri.

Membuka perhatian kepada Kekasih berarti memalingkan kita dari diri sendiri untuk kembali padaNya. Perhatian kita ditahan oleh penggilan tak terdengar dari  kehadiranNya dan kebutuhan kita untuk melayaniNya. Menyadari dan kemudian menjalankan peran kita sebagai hamba, akan membuka pintu hati selebar-lebarnya- ego akan menghentikan perlawanannya saat kita menerima tujuan yang dalam ini. Sang hamba melihat kepada Tuannya dan Tuannya melihat pada sang hamba.

“Aku memiliki hamba di antara hamba-hambaKu yang mencintaiKu dan Aku mencinta mereka, dan Aku rindu pada mereka dan mereka rindu padaKu, dan Aku melihat pada mereka dan mereka melihat PadaKu".


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Pepatah Persia dalam kulit buku, dari Hafiz,
“Kita bukan datang ke pintu ini, mencari kebesaran dan kemenangan.”
Keluarlah dari lingkaran waktu Dan masuklah ke dalam lingkaran cinta Rumi..
Apakah artinya kemapanan dalam kafilah
Bila setiap saat lonceng sang unta berbunyi, “Angkat muatan”?
Kegelapan malam, ombak yang menakutkan Pusaran air yang mencemaskan.
Bagaimana mereka tahu keadaan kita Mereka yang berjalan ringan di sepanjang pantai?
(Mereka yang tidak pernah menyelam ke kedalaman samudra)
/
PENUH PERHATIAN AKAN KEBUTUHANNYA

Tidak ada komentar: