Laman

Selasa, 07 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (Kebebasan Dari Kumpulan)



Untuk hidup dalam Diri sejati, untuk telanjang terhadap dunia, itu membutuhkan kuasa. Pertama, ada kuasa untuk memecahkan pola-pola pengkondisian, kemudian ada kuasa yang dibutuhkan untuk hidup dalam individualitas ini di dalam dunia, dalam dunia yang terus mencoba menarik kita dalam kolektif ini. Tekanan kolektif sangat kuat dan dan menghancurkan. Menghancurkan
karena tekanan ini membujuk kita untuk menyesuaikan serta tidak menyebabkan gangguan karena hidup dalam sifat individu yang sesungguhnya. Kolektif sangat merasa terncam dengan individualitas- bukan individualitas dari ekspresi ego, tapi individu nyata dari Diri.

Bagi kebanyakan orang, menjadi “diri sendiri” berarti hidup berdasarkan norma kolektif atas apa yang diperbolehkan, atau memberontak norma kolektif ini. Dan pemberontak, yang hidup diluar bayangan norma kolektif ini, sama terperangkapya dalam kolektif seperti halnya orang lain. Hidup dalam Diri sejati, esensi batin seseorang, benar-benar di luar ketebatasan kolektif, di luar batas pengkonsidisian. Diri sejati hanya milik Tuhan, yang merupakan kebebasan abslolut. Kebebasan Diri bukannya melalakukan apa pun sekendaknya, tapi untuk melakukan apa yang seharunya dilakukan. Ini telah mengancam struktur kolektif yang kemamapuan hidupnya dan dukukanganya tergantung pada pola-pola ko-dependensi, pola yang seringkali melekat sekitar nilai kolektif dan bayangan proyeksi. Contohnya, di Amerika Utara, nilai kolektif terkuat adalah uang (orang dihargai berdasarkan berapa banyak uang yang dimiliki), sementara kemiskinan membawa proyeksi bayangan. Seorang teman yang tumbuh di komunitas Puerto Rico di New York, suatu kali berbagi sebuah mimpi yang mengharukan, dimana seseorang berkata padanya bahwa di waktu yang lampau, menjadi orang miskin dapatlah diterima, tapi itu tidak terjadi lagi sekarang.

Perilaku ini yang memandang rendah kemiskinan sangat terbatas dibandingkan dengan kebebasan dalam kehidupan spiritual, sebagaimana diungkpan oleh mimpi salah seorang teman, “Di jalan ini, kita diperbolehan tidak memiliki uang di bank!” Bayangan kolektif Barat lainnya adalah gelandangan (pindah dari satu posisi ke posisi lainnya), dan seseorang yang hidup dalam kemiskinan spiritual akan selalu menjadi gelandangan di dunia ini. Sufi, bisa jadi kelihatan hidup “normal’ di apartemen ataupun rumah, tapi jauh di batin, sufi tidak memiliki rumah di dunia ini.

Sebagaimana kata Rasulullah, “pejalan, hanya menumpang lewat saja, dengan sepatu dan baju tertutup debu…karena ini bukanlah rumah.” Hidup dalam kebebasan esensi spiritual membutuhkan keberanian, kegigihan dan kekuatan. Pejalan terus menerus berhadapan dengan nilai-nilai kolektif, dengan tekanan dan rasa tak amannya, dan energi kebutuhan, agar tidak tertarik kembali, tak terperangkap lagi. Tapi,sangat sulit untuk berdiri sendiri menghadapi kolektif, bayangkan betapa sulitnya berjalan ke arah berseberangan dengan massa humanitas.

Namun demikian, ini adalah jalan yang harus ditempuh oleh pecinta, berbalik ke arah atas dalam batin, kembali ke Tuhan. Bahkan dengan seluruh kekuatan kita, bisa saja terbawa lagi dengan massa humanitas, terbawa arus dunia kelupaan. Kita membutuhkan daya yang lebih besar dari diri kita sendiri; kita membutuhkan energi dan wadah dari jalan spiritual untuk kembali pulang ke Rumah. Mimpi berikut ini memberi imaji atas daya kolektif, dan bagaimana pemimpi , bersama dengan rekan pejalan dalam sebuah wadah yang sederhana, dibawa tanpa usaha ke arah yang berlawanan: Aku berada dalam kendaraan seperti kotak kayu bersama dengan orang lainnya. Ada pemisah di antara kita, kalau tidak, itu merupakan kendaraan yang lega; bagaiamana kendaraan ini bergerak, tak diberi tahu. Kami menempuh sebuah lorong yang panjang, dimana kedua ujungnya tak terlihat. Kita yang berada dalam kendaraan ini, berjalan dengan arah bertolak belakang dengan massa kemanusiaan. Mereka berjalan seperti kesurupan, membuat suara tanpa irama saat bergerak seragam. Saya pernah mendengar suara primitif, hipnotis dan mengerikan seperti ini dalam sebuah film saat penyembah setan atau saat ritual agama primitif sedang berlangsung. Massa ini berada di kedua arah, sangat banyak, saat mereka mencoba mendorong kendaraan ini. Dan mereka bergerak berlawanan arah dari arah gerakan kendaraan.

Aku sangat bersyukur bahwa kita ada di dalam kotak ini, karena akan sangat sulit  sekali untuk membebaskandiri dari lautan manusia ini kalau hanya dengan jalan kaki. Tapi bagi kami yang ada di dalam kendaraan itu, usaha ini terasa tanpa beban, terus melaju. Massa itu mendorong kita karena terowongan itu sangat berdesakan, tapi tidak  mengurangi kecepatan kendaraan dalam arah yang berlawanan.

Mereka benar-benar tidak menaruh perthatian pada kita, bahkan tidak melihat kita, karena mereka kesurupan, mengeluarkan suara yang mengerikan itu. Selama mereka bergerak, mata mereka terpaku dan tidak melihat. Terhipnotis dan tertarik oleh nilai-nilai kolektif dan tabir ilusi, massa humanitas berjalan seperti kesurupan. Para pejalan dalam jumlah yang jauh kecil, berjalandari arah yang berlawanan, dibawa oleh Tuhan menuju Tuhan. Jalan itu adalah wadahNya, terbuat dari cinta dan daya-Nya untuk membawa kita kembali ke Rumah melalui terowongan itu.

Semakin rapih kita dalam melaksanakan praktek-prakteknya dan mengikuti ajaran tarikat, semakin terlindung dan semakin terdukung oleh energi ini. Jalan ini memberikan kekuatan dan perlindungan yang kita perlukan dalam menempuh perjalanan tunggal ini. Di timur, jalan ini sering dikiaskan sebagai rombongan kafilah melintasi gurun pasir dunia ini. Pejalan tidak bisa melintasi dunia ini sendirian. Kita harus berusaha keras, tapi semuanya telah diberikan; jalan ini tanpa usaha. Kita harus berdiri sendiri, tapi kita terdukung oleh tarikat, terbawa bersama kafilah. Kita perlu daya untuk menemukan dan hidup dalam ketelanjangan diri individual kita sendiri, namun jalan spiritual membawa kita dalam gelanggang kemanunggalan, dalam keadaan tanpa daya dan tanpa pertolongan. Kita adalah bagian dari humanitas tapi kita bergerak ke arah yang berlawanan. Mereka terseret dalam nilai kolektif, misalnya dalam ilusi bahwa kebahagiaan itu tergantung pada uang, sementara kita terseret oleh anggur Kekasih, rasa dari kemanunggalan.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Pepatah Persia dalam kulit buku, dari Hafiz,
“Kita bukan datang ke pintu ini, mencari kebesaran dan kemenangan.”
Keluarlah dari lingkaran waktu
Dan masuklah ke dalam lingkaran cinta Rumi
Apakah artinya kemapanan dalam kafilah
Bila setiap saat lonceng sang unta berbunyi,
“Angkat muatan”?
Kegelapan malam, ombak yang menakutkan
Pusaran air yang mencemaskan.
Bagaimana mereka tahu keadaan kita
Mereka yang berjalan ringan di sepanjang pantai?
(Mereka yang tidak pernah menyelam ke kedalaman samudra)
/
DAYA KEKUATAN DAN KEHIDUPAN SPRITUAL I
KEBEBASAN DARI KUMPULAN

Tidak ada komentar: