Laman

Kamis, 16 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (Mengheningkan Pikiran)

Kita perlu daya untuk menemukan cahaya terpendam dan mengangakatnya ke permukaan. Kita perlu daya untuk memerangi hawa nafsu, untuk mentrasnformasikan sifat bawah kita. Kita perlu daya untuk menguasai emosi kita, sehigga ketunggalan pencarian kita tidak terganggu oleh suasana hati dan perasaan tak menentu. Walau pun kita perlu menerima perasaan kita, membolehkan
emosi kita terekspesikan, pejalan harus selalu menaruh perhatian pada bahaya pengalihan perhatian dari tujuan hati yang terdalam. Kadang-kadang kita membutuhkan kekuatan untuk beralih dari perasaan yang menjadi narsististik, yaitu emosi yang berubah menjadi pemenuhan diri sendiri.

Kita pun juga membutuhkan daya untuk mengheningkan pikiran. Pikiran adalah pemain terbesar dari ilusi, dikenal di Timur sebagai “pembunuh dari Kenyataan.” Kemampuan mengheningkan pikiran, adalah pra syarat untuk setiap jalan spiritual karena pengalaman spiritual terjadi jauh di atas pikiran. Awalnya, pengalaman spiritual mungkin dapat menyibukkan pikiran, tapi akan datang suatu saat ketika mistik tidak dapat maju kalau tidak dapat mengheningkan pikiran, baik dalam meditasi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana seseorang dapat menagkap isyarat Ilahiah bila pikiran kita diserbu dengan berbagai macam pikiran? Bagaimana seseorang dapat melebur ke dalam ketunggalan bila terperangkap dalam dualitas pikiran?

Pikiran adalah entitas terpisah di mana pejalan dapat menguasainya. Tapi, pikiran tidak suka menyerahkan kebebasannya pada pengaruhnya kita. Ia telah mendominasi sebagian besar kehidupan kita, dan proses pendidikan telah menekankan ketinggian perannya. Melalui pembelajaran akademik, kita dapat belajar melatih pikiran, untuk menggunakannya bagi tujuannya sendiri, yaitu profesi dan hobi. Tapi bahkan dalam latihan mental yang keras, pikiran masih saja berada dalam posisi yang kuat, mengarahkan perhatian kita pada tujuan apapun yang dipilihnya. Pejalan harus mengalihkan seluruh perhatiannya kembali pada Tuhan, yang berarti menghancurkan cekikan pikiran. Pikiran harus dihantam ke hati, untuk menyerah pada tujuan jiwa yang lebih tinggi, sehingga perhatian kita tidak terperangkap di dalam hijab ilusi konflik dunia ini.

Pikiran dapat dikontrol dengan latihan zikir, dimana pengulangan namaNya menghentikan pikiran dari mengawang-awang. Seringkali pikiran berpikir tentang kita, bukannya kita memiliki kontrol terhadap proses berpikir. Seberapa sering kita tertangkap sedang berpikir sesuatu yang tidak penting dan tidak kreatif? Seberapa sering pikiran kira memerangkap kita dengan keinginan yang pada saat kita melihatnya lebih teliti, tak memiliki subtansi dan kepentingan nyata bagi kita. Zikir memberikan cara memusatkan pikiran pada keinginan terdalam kita dan membebaskan kita dari perangkapnya Zikir membutuhkan kesabaran dan latihan, sesuai dengan perubahan proses berpikir.

Zikir juga membutuhkan daya keinginan, yang dibutuhkan untuk mengembalikan pikiran kita mengingat namaNya lagi. Tanpa daya keinginan, kita tak akan bisa mematahkan cengkeraman alur pikiran, untuk menarik perhatian kita kembali pada frase sederhana pengingatan kita. Pikiran adalah milik dualitas, senang membandingkan, senang konflik dan perselisihan. Hindari berselisih dengan pikiran, karena pikiran dapat menarik perhatian kita ke dalam argumen dan diskusi yang kita kira berguna. Hanya dengan membalikkan perhatian kita kembali pada Tuhan, mengulang-ulang namaNya, kita dapat mendisplinkan hati dan melatihnya untuk berserah diri. Dan karena pikiran adalah tuan dari tubuh, maka bila pikiran menyerah demikian juga tubuh.

Penyerahan pikiran adalah langkah penting dari tarikat. Manusia diciptakan dari citra Tuhan, dan sangat kuat. Tapi kita memorakmorandakan diri sendiri ke berbagai arah, menjadi budak dunia. Melalui pengontrolan pikiran, kita dapat menjadi titik tunggal dan memusatkan pikiran pada tujuan. Dan kehendak kita dapat bersatu dengan kehedak Tuhan, mengalihkan perhatian dari dunia dan kembali padaNya adalah kehendakNya. Kembali dari yang terserak pada yang satu, kita dapat memperoleh kekuatan ilahiyah kembali dan daya untuk hidup di dalamnya. Zikir bekerja dalam pikiran kita dan seluruh psike, menselaraskan diri kita dengan Dia yang namanya kita sebut, sampai namaNya menembus hijab keterpisahan, pecinta dan Kekasih bersatu.

Zikir membuat pikiran sibuk dengan namaNya, sementara meditasi membutuhkan keheningan pikiran, sebagai Joe Miller ungakapkan secara langsung; “Kalau kau tidak menghentikan pikiran, membiarkannya berputar tak terkendali, kau tidak bisa bermeditasi dan berdamai dengan diri sendiri.”

Dalam rangka memiliki pengalaman spiritual yang nyata, kita harus menghetikan proses berpikir, karena pikiran adalah yang memotong kita dari kecintaan akan kemanunggalan dan lautan kenihilan yang tak terbatas. Pergi jauh dari pikiran, kita masuk ke dimensi hati yang lebih dalam, tempat pertemuan Kekasih dan pecinta.

Daya keinginan yang diperlukan untuk berzikir juga diperlukan dalam meditasi untuk menghenigkan pikiran. Dengan melatih berzikir, kita memusatkan padaNya saat kita menjalankan kehidupan luar, sementara meditasi membutuhkan pemusatan dalam. Kepentingan dari pemusatan dalam, terekspresikan dalam cerita tentang Bayazid Bustami dan gurunya; Bayazid Bustami duduk di kaki gurunya, saat tiba-tiba ditanya, ‘Bayazid, berikan buku yan berada di jendela.’ “Jendela? Jendela mana?” Tanya Bayazid, “Kenapa?” Tanya gurunya, “Kamu sudah datang berkali-kali ke sini dan tak tahu dimana jendela?” “Tidak” kata Bayazid, “Apa urusanku dengan jendela? Saat aku bersamamu, aku menutup mataku dari hal lainnya. Aku tidak pernah melihat-lihat.” “Bila demikian, kata sang guru, kembalilah ke Bestam, karena kau sudah belajar semuaya.”

Perilaku penuh dedikasi seperti pada pekerjaan yang ada di tangan itu, adalah inspirasi untuk setiap salik yang mengetahui bagaimana mudahnya perhatian terpaling, baik lahir maupun batin. Seberapa sering, saat kita duduk dan bermeditasi, perhatian kita melayang-layang pada orang lain atau pada kejadian baik yang lewat maupun yang akan datang, sebelum kita memergoki diri sendiri untuk memusatkan perhatian pada waktu kini dalam kontemplasi diri?

Berbagai macam praktek meditasi menggunakan berbagai cara mengheningkan pikiran. Meditasi keras yang dilakukan oleh beberapa sufi naqsabandi menggunakan energi cinta, sebagai Ireena Tweedie jelaskan; “Kita harus membayangkan sedang menahan setiap pikiran, setiap imej dan perasaan, dan meneggelamkan mereka, dan mengangkatanya menjadi perasaan cinta. Setiap perasaan, terutama perasaan cinta, lebih dinamis daripada proses berpikir, jadi bila seseorang melakukannya dengan baik, dengan konsentrasi tertinggi, setiap pikiran akan hilang. Tidak ada yang tertinggal, pikiran akan kosong. Ini merupakan praktek spiritual untuk mengheningkan pikiran, dan juga latihan berguna dari kekuatan kehendak.

Kita seringkali menjadi korban cinta, pada belas kasihan dari datang dan perginya, yang membuat kita lupa bahwa cinta adalah arus energi yang datang dari hati kita sendiri dan dapat difokuskan dan diarahkan pada kekuatan kehendak. Sama seperti kita menggunakan kekuatan kehendak untuk mengalihkan perhatian kita dari banyaknya pikiran, ke satu pikiran; namaNya, kita juga bisa menggunakan daya kehendak untuk mengheningkan pikiran dengan cinta.

Setelah cinta dapat dibangunkan dalam hati, pecinta dapat menggunakannya sebagai cara mendekat pada kekasihnya, dapat memerangi pikiran dengan kekuatan terbesar di jagat raya ini. Semakin kita memusatkan cahaya cinta kita di luar batas pikiran, semakin banyak kita menarik cintaNya, dan pada saat mereka datang bersama-sama, dualitas pikiran menghilang dalam ketunggalan cinta sejati.

Melalui meditasi, kita mengontrol dan menyerahkan pikiran pada waktu yagn sama. Pikiran sendiri dapat menakutkan, karena itu berdiri di batas ketidaktahuan, dari realitas dimana pikiran itu tidak bisa melewatinya. Pikiran ini akan melawan dengan segala daya dan upayanya, tapi kehendak pejalan lebih besar, karena itu dimuati dengan kehendakNya. Perlahan-lahan, berangsur-angsur, selama bertahun-tahun, pikiran dapat menerima bahwa ia bukan tuan dan belajar untuk menyerah. Dalam meditasi, pikiran individu bersatu dengan pikiran jagat raya, dan kita terbebas dari beban diri sendiri.

Setiap hari meditasi, kita mengheningkan pikiran sebisa mungkin. Semuanya naik turun dan berganti-ganti; ada hari yang baik, ada hari yang tidak baik, hari ketika pikiran aktif, hari lain ketika pikiran jatuh ke dalam kekosongan. Juga ada tingkat pikiran yang berbeda. Awalnya, pikiran luar bekerja aktif memberikan aliran pikiran. Kemudian, setelah berlatih, pikiran dalam muncul ke depan, yang memiliki kualias berbeda, dekat dengan kesadaran murni. Ketika pikiran benar-benar henign dan kosong, seseorang dapat mengalami kesadaran murni ini, yaitu saksi (Syahid), sebuah kualitas kesadaran yang melihat tanpa menghakimi atau pun dualitas pikiran. Di dalam meditasi, kesadaran ini pun berjalan, saat seseorang kosong dalam yang tak terbatas.

Aku juga pernah mengalami suatu periode meditasi dimana pikiran, bukannya keadaran yang dimeditasikan. Kemudian aku harus sadar bahwa aku sedang bermeditasi untuk mengheningkan pikiran. Pikiran dapat datang dan pergi, tapi di pusat , ada ruang keheningan, saat kesadaran tertentu tidak ada. Mengheningkan pikiran, kita duduk dan menunggu, kita ciptakan ruang kosong bagi Kekasih untuk datang. Seringkali kita tetap kosong dari kehadiranNya, beristirahat dalam dinamika keheningan yang berada dalam hati. Tapi, kadang-kadang, Ia datang dan membawa kita di luar batas diri kita sendiri. Kekuatan cintaNya membuat kita keluar dari diri kita sendiri, ke dimensi yang berbeda. Saat kita terbawa ke kehadiranNya, kita mulai merasakan kenyataan yang terbentang diluar dualitas, kekosongan abadi yang merupakan rumah milik mistis. Apa pun usaha yang kita buat, seberapa banyak kita mendisplinkan pikiran kita, akhirnya pikiran tidak dapat pergi lebih dari pikiran sendiri, dan ego tidak bisa pergi ke luar dari ego sendiri. Pada ambang batasNya, usaha kita menjadi tidak ada apa-apanya; semua daya memudar. Dengan daya tak terbatas dari kehadiranNya, Ia membawa kita padaNya.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Pepatah Persia dalam kulit buku, dari Hafiz,
“Kita bukan datang ke pintu ini, mencari kebesaran dan kemenangan.”
Keluarlah dari lingkaran waktu Dan masuklah ke dalam lingkaran cinta Rumi
Apakah artinya kemapanan dalam kafilah
Bila setiap saat lonceng sang unta berbunyi, “Angkat muatan”?
Kegelapan malam, ombak yang menakutkan
Pusaran air yang mencemaskan.
Bagaimana mereka tahu keadaan kita
Mereka yang berjalan ringan di sepanjang pantai?
(Mereka yang tidak pernah menyelam ke kedalaman samudra) 
/
DAYA DAN KEHIDUPAN SPIRITUAL II
MENGHENINGKAN PIKIRAN

Tidak ada komentar: