Laman

Kamis, 16 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (Transformasi Dan Kegagalan)

Masing-masing kita berperang dalam jihad besar, perang melawan hawa nafsu.  Kemungkinan bagi pria, peperangan ini lebih jelas terlihat. Walau demikian, wanita juga harus menyadari sifat dayanya dan belajar kebijasanaan menguasai diri. Hubungan yang sadar bagi sifat instingtualnya harus digapai, yang seringkali berarti menghadapi rasa bersalah dan malu yang menutupi
daya primal ini. Rasa bersalah adalah senjata kuat yang Ibu Besar gunakan dalam memerangkap kita dalam pola ketidaksadaran, dan wanita lebih mudah merasa bersalah daripada laki-laki. “Guruku berkata bahwa wanita dapat merasa bersalah untuk hampir setiap hal!”, sementara malu, telah dipergunakan selama berabad-abad sebagai cara dimana kultur maskulin telah menghijab kultur feminin dan memisahkankita dengan diri natural kita, keindahan dan potensi dari Diri Nyata.

Seorang wanita juga harus sangat berhati-hati tidak terlalu mengidentifikasi dengan daya maskulinnya, yang kultur kita justru sangat menghargainya. Walaupun kekuatan maskulin mungkin berguna dalam dunia kerja, secara batin, hal ini dapat memotongnya dari sifat instingtualnya (wanita). Menggunakan sifat maskulin yang telalu besat, dapat membangkitkan kemarahan pada wanita karena kemenyeluruhannya dan hubungan alami dengan kehidupan, terlanggar. Pada saat yang sama, kualitas maskulin membentuk batas dan kegigihan, fokus pada tujuan walau apa pun yang terjadi, seringkali harus dipelihara. Setiap pejalan mempunyai kualitas maskulin dan feminine yang membedakan, terefleksikan dalam cara pendekatannya pada tarikat.

Bagi sebagian orang, tantangan menarik dan dengan gembira pergi ke perang, sementara yg lain merasa segan. Secara personal, aku selalu tertarik pada tantangan pencarian spiritual, pada menghadap Tuhan dalam segala hal. Sejak aku tahu bahwa Ia yang dapat memberikan apa pun yang aku butuhkan, bahwa hanya Ia yang dapat menjawab kesulitanku, perjuanganku adalah harus mengandung segalanya dalam cinta dan mempersembahkan padaNya. Tanpa melihat hasil dan jawaban, aku mencoba fokus pada hati dan energi yang ada di dalamnya. Fokus ini membutuhkan kekuatan keinginan dan usaha yang besar. Namun demikian, cinta dalam hatilah yang menjadi energi transformasi sesungguhnya. Melalui mempusatan, aku mencoba membawa energi ini ke permasalahan, bahkan menuju ke kedalaman instingtual diri, dan membiarkan cinta melakukan usahanya. Aku juga menggunakan zikir sebagai cara menguraikan simpul dan mentransformasikan kesulitan. Dengan mengulang namaNya, aku fokuskan konsentrasi dalam , ke permasalahan, ke hambatan psikologis, dan merasakan energi zikir membebaskan dan mentransformasikan.

Pejuang spiritual mencoba mentrasnformasikan semuanya dengan energi cinta, yang merupakan energi terbesar. Marah, dendam, kepahitan, dan instingtual energi dalam psike hanya dapat disentuh dengan cinta. Hati dapat memuat segalanya, ini dapat bekerja di kedalaman wujud tanpa berubah menjadi batu oleh kegelapan fiminin atau serpihan dari energi “dianaosis .” Hati itu adalah raja dan semua aspek psike, menghormati kedaulatannya. Tapi aku sendiri menemukan bahwa salah satu ujian terbesar dari perjuangan heroik ini adalah menerima keadaan dalam dan luar yang tidak dapat kuubah.

Sebanyak saya mencoba menguasai diri sndiri, aku harus belajar bahwa aku bukanlah Penguasa. Bahkan cinta yang besar, tetap membiarkan keadaan tertentu tak terubah karena hati adalah pelayanNya dan kehendak Tuhan mengikuti jalannya sendiri. Dalam kerendahan hati, kita belajar untuk menerima kegagalan kita sendiri dan untuk tidak jatuh ke perangkap dalam daya prinsipal yang mencoba untuk mengatur semuanya untuk membuat semuanya sempurna.

Ibu Besar berusaha mempertahankan kita dalam cengkeramannya, untuk menghentikan kita menggapai kekuatan instingtual, karena ia tahu bahwa kekuatan ini dapat membebaskan kita. Tapi, semuanya tunduk pada kehendak Allah. Kalau ini adalah kehedakNya bagi kita untuk datang kepadaNya, bahkan Ibu Besar akan memperbolehkan kita akan kebutuhan kita itu. Kita harus malawan kekuatan rendah kita, ego, bayangan, dan aspek personalitas dan psyche lainnya. Kita harus mengklaim apa yang menjadi mulik kita. Tapi, kalau ini adalah kehendakNya, kesempatan akan selalu ada.

Perjuangan batin dan penguasaan beberapa aspek diri kita, memberikan kekuatan untuk perjalanan yang kita butuhkan. Kerbau, membawa kita kembali ke Rumah, karena dengan melakukan itu, kerbau membiarkan dirinya mencapai potensi terkuatnya. Semakin kita mengausai diri kita, semakin terbuka akses kita ke kekuatan sendiri, dan semakin kita dapat menggunakannya untuk pekerjaan batin. Kita perlu daya untuk menghadapi bayangan kita sendiri, “sisi gelap dari karakter kita”. Contohnya, kekejaman dan kepahitan kita. Kita membutuhkan daya dan kekuatan lebih besar untuk bayangan keluarga kita, rahasia keluarga yang terkunci dalam pola dependensi. Untuk dapat membuka rahsia ini dalam kecerahan kesadaran, kita harus memerangi kekuatan kolektif keluarga, yang satu saat berusaha disimpan dalam ketidaksadaran atau menyalahkan masalah pada salah satu anggota keluarga. Kalau pejalan mau terbebas dari rantai dinamika keluarga, bayangan (rahasia keluarga ini) ini harus diterima. Namun, pada saat bersamaan, kita tidak boleh memaksakan ketidaksadaran ini pada orang lain (anggota kelauraga), tapi biarkan anggota keluarga tetap dalam bayangan yang mereka kenali. Ini akan menjadi hambatan ego yang membahayakan untuk berpikir bahwa orang lain harus berbagi kesadaran kita.

Akhirnya, pejalan harus menghadapi bayangan kolektif dari ras dimana usaha ini membutuhkan kekuatan besar. Masing-masing budaya memiliki bayangannya masingmasing, satu lebih nyata dari yang lainnya. Bayangan US adalah sangat ‘terlihat’, keras/kejam dan ketergantungan pada konsumerisme, yang agak kurang terlihat adalah perlakuan terhadap feminine. Lagi-lagi, sebagaimana pejalan tidak berusaha mengubah keluarganya tapi dirinya sendiri, kita juga tidak berusaha mengubah kolektif, cukup diri kita sendiri saat ini. Meyerahkan diri pada kehendak-Nya, kita tahu bahwa semuanya ada dalam genggamannya. Tapi, agar kita dapat melihatNya lebih penuh dan mengikuti karsaNya, kita harus bebas dari hambatan yang tercipta karena dinamika bayangan/pengkondisian kolektif.

Dari setiap tahap perjalanan, kita diberikan daya yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang harus kita jalani. Kita juga diberikan kesadaran yang kita perlukan untuk bias membedakan (memilih/memutuskan), contohnya, untuk memutuskan keinginan mana yang diperbolehkan atau mana yang harus diperangi. Kesulitannya adalah untuk menerima kekuatan dan beban dari tanggung jawab sadar yang dibawanya. Semakin banyak daya yang didapatkan, semakin kita terbatas atas kebebasan memilih, dan semakin kita harus hidup dalam tugas. Kalau kita hanya punya akses ke daya yang lebih kecil, kita tidak akan dapat menimbulkan kerusakan besar. Tapi, semakin besar daya yang kita punya, semakin besar kerusakan yang dapat terjadi, kalau kita menggunakannya untuk ego, bahkan yang lebih buruk, untuk bayangan kita sendiri.

Batasannya menjadi begitu halus, sehingga seseong membutuhkan pertolongan, baik melalui Diri yang lebih Tinggi atau dari pimpinan spiritual. Guru saya berkata bahwa “Saudara Besar melihat apapun yang dilakukannya, “ yang artiya, bahwa gurunya senantiasa mengawasinya. Menurut pengalaman, bila aku melewati batas, Kehadiran di dalam, baik Diri Yang lebih tinggi atau syeikh-ku, akan meresponnya dengan otoritas absolut, otoritas yang kekuatannya tak terbatas. Dengan mengetahui kekuatan syeikh-ku, aku selalu tepana.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Pepatah Persia dalam kulit buku, dari Hafiz,
“Kita bukan datang ke pintu ini, mencari kebesaran dan kemenangan.”
Keluarlah dari lingkaran waktu, Dan masuklah ke dalam lingkaran cinta Rumi
Apakah artinya kemapanan dalam kafilah
Bila setiap saat lonceng sang unta berbunyi, “Angkat muatan”?
Kegelapan malam, ombak yang menakutkan
Pusaran air yang mencemaskan.
Bagaimana mereka tahu keadaan kita
Mereka yang berjalan ringan di sepanjang pantai?
(Mereka yang tidak pernah menyelam ke kedalaman samudra) 
/
DAYA DAN KEHIDUPAN SPIRITUAL II
TRANSFORMASI DAN KEGAGALAN

Tidak ada komentar: