Laman

Minggu, 19 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (PUSAT YANG TAK TERLIHAT~ Melupakan Kesalahan Kita)

Perlahan-lahan , fokus perjalanan kita bergeser dari perkerjaan batin memoles cermin hati kita kepada kesederhanaan untuk hidup sehari-hari dengan hati yang merupakan milik Tuhan. Tahun–tahun awal dari memoles, dibutuhkan untuk mengerti sifat hati yang sesungguhnya, untuk memadang bagaimana cermin itu dapat merefleskikan cahayaNya ke dunia.


Perlahan-lahan, dorongan yang menarik kita ke dalam, menguatkan kita untuk berhadapan dengan setan dari diri kita dan terbuka pada cinta, melarut. Kesedihan dan intensitas dalam aspirasi awal kita seperti tidak ada lagi. Kita bahkan mungkin telah belajar untuk hidup dalam keseimbangan, untuk bisa menenangkan pikiran dalam meditasi, setidaknya kadang-kadang; zikir mungkin telah menjadi landasaran dalam praktek sehari-hari. Tapi, kita makin bersama dengan diri kita sendiri dan rahasia tersembunyiNya. Diri tidak lagi telihat berubah atau berkembang, Walaupun mungkin kita telah mengintegrasikan beberapa bayangan kita, kita masih merasakan kehadiran neurosis dan kecemasan. Kita mungkin masih merasakan konflik dalam hubungan keluarga dan kesulitan dalam pekerjaan, kita tidak menjadi “orang dengan spiritualitas sempurna,” tapi manusia biasa, dan ini bisa jadi mengecewakan. Pengkondisian Spiritual Barat, mengajarkan beberapa imej akan kesempurnaan spiritual, dan tidak mempersiapkan diri kita menjadi orang biasa. Kebijaksanaan Zen dalam “memotong kayu dan membawa air” lebih realistik dan membeerikan kita kebebasan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Pekerjaan psikologis tidak pernah selesai, -selalu ada perawatan dalam-, dan mimpi serta reaksi kita masih bisa menolong kita, menjaga kita tetap waspada akan bayangan kita dan pergeseran psikologis sehari-hari. Kita harus makin belajar untuk hidup dengan kekurangan dan masalah-masalah kita. Terlalu banyak perhatian pada pekerjaan batin bisa jadi tidak produktif, bisa jadi berorientasi pada ego. Ini merupakan keseimbangan halus, karena di lain pihak, bayangan kita dapat meyakinkan kita bahwa tidak ada gunanya memikirkan hal itu sama sekali. Tapi pejalan mengetahui bahwa sasaran dari perjalanan adalah bukannya menjadi sempurna, karena hanya Ia yang sempurna tapi menjadi hambaNya. Selama kekurangan kita tidak mengganggu kewajiban kita sebagai hamba, kenapa kita mencoba mengubahnya?

Pergeseran dari diri kita, tergambarkan dalam tahap-tahap taubat dalam buku Serraj, “kitab Al-Luma.” Pekerjaan dalam bayangan, dapat disamakan dengan tahap pertama taubat, dimana Sahl, sufi dari Irak, menjelaskannya sebagai “Untuk tidak pernah melupakan kesalahanmu.”(8). Menyadari kesalahan kita, adalah sama dengan berhadapan degan kegelapan kita, kecuali kerja bayangan itu, membutuhakan penerimaan kita akan kegelapan itu, bukannya memalingkan diri dari kegelapan, menghadap cahaya.

Tapi tahap berikutnya dari taubat, didefinisikan oleh Sufi abad 10 Al-Junaed, “Lupakan dirimu sendiri.”   Hati begitu sibuk dengan pengingatan akan Tuhan, sehingga tidak ada pikiran untuk bertaubat. Baik diri kita maupun kesalahan kita, mempunyai makna. Pecinta berpaling dari segala sesuatu kecuali Dia; Sirrajj mengutip An-Nuri, yang ,menanyakan tentang pertaubatan, berkata, “Ini adalah berpaling dari segala sesuatu kecuali Tuhan Yang Maha Tinggi.”

Pada awal tarikat, salik harus fokus pada kesalahan-kesalahannya, yang memberikan dia akan pengertian tentang diri sendiri, kekuatan, keyakinan dan kesucian yang diperlukan untuk perjalanan. Tapi saat pecinta telah dipeluk oleh kehadiran Kekasih, ia harus berpaling dari segala miliknya. Dia tahu bahwa tidak ada yang berarti kecuali sang Kekasih dan bahwa niatnya harus tetap bersamaNya. Semua yang merupakan fokus pada diri sendiri adalah halangan- Al-Anshari ketika mendiskusikan taubat, mengingatkan untuk tidak terlalu perhatian pada makam spiritual kita. Dan ketika Dzun Nun ditanya tentang pertaubatan, ia berkata, “Kebanyakan orang bertaubat untuk kesalahan mereka. Orang-orang terpilih, bertaubat karena lalai.” Sementara orang-orang awam membalikan diri dari kesalahan dan perilaku buruk, orang-orang terpilih harus berpaling dari semua milik mereka, bahkan kebaikan dan pahala kesalehan.”

Sirraj akhirnya berkata bahwa Dzun Nun berkata, “Apapun pekerjaan bagi salik maupun orang awam yang dipertimbangkan sebagai keikhlasan, adalah menunjukkan diri sendiri bagi orang terpilih. Ketika orang terpilih telah kuat dan self-realized, dimana ia ditarik mendekat pada Tuhan dan tertransendensikan kemudian ia berpaling dari perhatian, tergantung pada dan member perhatian pada amal dan perbuatan solehnya, dan mempersembahkan, sebagai mana ia melakukannya saat menjadi pejalan awal, Bisa jadi sangat sulit sekali untuk meniggalkan kualitas-kualitas dan perilaku yang telah membawa kita ke tahap tertentu, setelah tahap itu berlalu. Kerja batin, perhatian pada kesalahan dan kualias bayangan, merupakan bagian penting pada tahun awal di tarikat.

Mereka adalah alat, tali dan kapak, yang membantu kita mencapai gunung. Untuk meninggalkan kualitas ini, untuk melangkah pada kerawanan tahap berikutnya, dan hanya melihat padaNya, seperti meninggalkan aspirasi dan komitmen kita pada tarikat, Menyerahkan pada kualitas yang membantu menyembuhkan kita dan membuat kita utuh, membutuhkan kepercayaan besar dan keimanan.



The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
“Bismillahirrahmaanirrahiim”

/
Akan tiba saatnya ketika lidah akan bergabung dengan hati,
hati bergabung dengan jiwa, jiwa dengan rahasia (sirr),
dan rahasia bergabung dengan al-hHaqq.
Hati akan berkata pada lidah, “Diamlah!”.
Rahasia akan berkata pada jiwa, “diamlah!”
Dan cahaya batin akan berkata pada rahasia, “diamlah.”
(Al-Anshari)
/
CIRCLE OF LOVE VII
PUSAT YANG TAK TERLIHAT

MELUPAKAN KESALAHAN KITA

Tidak ada komentar: