Laman

Senin, 20 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE

AWAL
Jalan mistik adalah perjalanan dari dualitas kembali ke  penyatuan, kembali ke kemanunggalan pra-keabadian yang tersembunyi di dalam hati. Bagi para sufi, perjalanan ini adalah hubungan cinta yang dimulai di tingkat jiwa, dibawa ke kesadaran melalui berkah Kekasih. Sufi adalah mereka yang mencintai-Nya semata-mata karena Dia dan mereka yang telah merasakan
manisnya cinta manunggal ini dalam substansi keberadaannya (kewujudannya)"

Cinta ini membawa kita kembali kepada-Nya, kembali ke sesuatu yang memang senantiasa demikian, kepada momen abadi, tak terbatasi oleh waktu.

Berjalan di jalur cinta adalah perjalanan melingkar, dimana di dalamnya, kita menemukan sesuatu yang senantiasa ada di situ, tapi tersembuyi oleh hijab-hijab ilusi, tertutup oleh ego dan pikiran. Menapaki jalur ini sama artinya dengan memasuki lingkaran cinta, di mana “" akhir adalah kembali ke awal".”. Di dunia Barat, orang keranjingan pada “kemajuan” sehingga kita memproyeksikan ide ‘kemajuan” ini kepada kehidupan spiritual. Kita jadi bingung untuk mengerti bahwa Ia yang kita cari selalu bersama kita, bahwa kita selalu dekat dengan-Nya tapi kita tidak menyadari  jalan spiritual adalah sebuah proses untuk membuka kedekatan ini, keintiman cinta yang selalu bersama kita.

Karena Ia satu, hubungan-Nya kepada ciptaanNya, yaitu kita, haruslah berupa hubungan manunggal. Tidak ada yang lain kecuali Dia, dan kita adalah bagian dari kemanunggalan abadi-Nya. Kesulitan dalam menyadari kemanunggalan ini adalah karena adanya ego dan pikiran. Pikiran hanya mengenali dualitas; pemahaman kita tentang eksistensi individual terdefinisi karena kita individu, sehingga kita terpisah. Semua konsep yang mendefinisikan kehidupan kita adalah berdasarkan pada ego dan ilusi pemikiran dualitas.

Sementara itu, perjalanan spiritual dimulai di tingkat jiwa dimana pencinta dan Yang Dicintai (Kekasih) adalah satu. Perjalanan ini akan membawa eksistensi kita yang terlihat sebagai dualitas, menuju dimensi keabadian menyeluruh. Gelanggang cinta ini adalah lingkaran manunggal; di situ, pemahaman dualitas kita mati dan ego meninggalkan tubuh kita, terbunuh oleh cinta.

Tugas seorang salik adalah untuk tetap dalam lingkaran cinta ini, bertahan dari ego yang ingin  menarik kita keluar lagi. Latihan di jalan ini (berupa zikir, penghambaan, berserah diri), akan membawa kita kembali pada kemanunggalan sambil mematahkan pola-pola pikiran dan melemahkan kekuatan ego. Sedikit demi sedikit kita mulai  menyadari lingkaran cinta, cinta-Nya pada kita yang merupakan substansi dari  seutuhan kita pada-Nya. Perlahan-lahan, kita mulai merasakan  kedekatannya dan menyadari bahwa cinta itu selalu ada. Ia membiarkan kita lupa pada-Nya untuk kemudian menarik kita kembali , membuat kita menemukan lagi kehadiran-Nya. Dalam kerinduan, kita menangis pada-Nya, dalam air mata kita mendatangi-Nya, sampai kita menyadari bahwa air mata kita adalah kedekatan pada-Nya, dan kedalaman kerinduan kita adalah derajat kedekatannya.

Lingkaran Cinta yang ditemukan dalam hati adalah juga samudera semua kehidupan, karena tidak ada yang tercipta tanpa cinta-Nya. Sebagian dari misteri penciptaan adalah bahwa  kemanunggalan-Nya tersembunyi, dan pengetahuan tentang cinta-Nya terselubung. Salik dilahirkan ke dalam samudra kehidupan, tempat kelupaan, sampai kita terbangun dan terbawa untuk menemukan rahasia jiwa. Melalui rahmat-Nya kita diberisekilas keajaiban hidup, yaitu cinta yang menyemaikan segalanya. Di dalam kemanunggalan cintanya, semua lengkap , termasukkan dan kita menemukan kebenaran tentang diri kita sendiri.

Mengapa kita perlu menempuh perjalan yang panjang dan menyakitkan untuk menyadari bahwa sesunguhnya kita ini adalah “wajah yang kita miliki sebelum kelahiran”, dan untuk mengenali keajaiban kehidupan dan cinta? Mengapa kita perlu lupa agar ingat, mengapa kita kehilangan agar kemudian menemukan kembali? Pertanyaan-pertanyaan ini sebaiknya ditinggalkan di tepian lingkaran cinta. Lingkaran Cinta memiliki caranya sendiri, dimana lupa dan ingat adalah milik satu sama lain, dimana mencari dan menemukan sama-sama ilusi.

Jalan ini tidak bisa dimengerti dengan pemikiran logis, tetapi ada logika hati yang akan membantu untuk mengerti. Ada jalan-jalan manunggal yang kita bisa ikuti, jejak-jejak telapak kaki pendahulu yang membimbing kemana menapakkan kaki ini sendiri.

Lingkaran cinta dapat ditangkap dengan pikiran yang mengarah pada frekwensi kebutuhan-Nya akan kita, pada panggilan jiwa untuk “menyaksikan-Nya”. Selalu, langkah yang nyata adalah menuju ketidaktahuan dan ke-tidakbisa-tahuan, tapi kita bias dibimbing menuju ke tepi kekosongan-Nya dan tahu saat untuk melompat. Kita akan menyadari bahwa doa-doa kita selalu hadir dan cinta-Nya kepada kita telah terpatri di hati.

Di dalam lingkaran cinta, tidak ada rintangan, karena semua diberikan. Bagaimana ada rintangan, kalau tidak ada dualitas? Di dalam lingkaran ini, dualitas menghilang saat “kita berdua menyatu, dituangan ke satu cetakan”. (1). Ini adalah cetakan desain-Nya, dimana di dalamnya, kita dikenali dan dibentuk kembali. Cinta telah membawa kita kemari dan kadang-kadang seperti membiarkan kita terbakar oleh pembentukan kembali.

Karena manuggalitas tidak mengenal ego, transformasi ini bisa jadi menyakitkan dan pahit, membangkitkan sebegitu banyak kebingungan dan keperihan. Tapi bila kita tetap di dalam lingkaran cinta, bila kita tidak membiarkan keragu-raguan, kemarahan, dan bagian-bagian ego lainnya mengganggu dan menarik kita keluar, maka kemanunggalan dapat membuka mata kita.

Masing-masing diri dalam caranya sendiri, akan mengalami kontradiksi cinta, seperti mengalami kemanisan dan kengeriannya, kebahagian dan penderitaanya. Tapi, lingkaran cinta adalah sebelum awal dan setelah akhir. Ini adalah dimana cinta mengetahui dirinya sendiri dan kita adalah bagian dari pengetahuan ini. “Ia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya” adalah substansi hati kita, wewangian jiwa kita. Memasuki lingkaran ini, kita tertelan kepada ikatan suci, yang memberikan arti bagi perjalanan kehidupan, yang  itu sendiri mengijinkan kita untuk menjalani kehidupan Nyata/Sebenarnya.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE

Pepatah Persia dalam kulit buku, dari Hafiz,
“Kita bukan datang ke pintu ini, mencari kebesaran dan kemenangan.”
Keluarlah dari lingkaran waktu Dan masuklah ke dalam lingkaran cinta (Rumi)
Apakah artinya kemapanan dalam kafilah,
Bila setiap saat lonceng sang unta berbunyi,“Angkat muatan”?
Kegelapan malam, ombak yang menakutkan, Pusaran air yang mencemaskan.
Bagaimana mereka tahu keadaan kita, Mereka yang berjalan ringan di sepanjang pantai?
(Mereka yang tidak pernah menyelam ke kedalaman samudra)
"Para Pecinta dicintai melalui cinta mereka"
(Bayezid Bistami)

Tidak ada komentar: