Laman

Senin, 20 Oktober 2014

PENGABDIAN DAN ARTINYA - Pengabdian

Tujuan keberadaan kita di dunia ini adalah untuk mengabdi. Jalan menuju surga hanya bisa digapai melalui pengabdian, yang merupakan realitas dalam hidupmu. ( dan tiada yang tahu!). Hal nyata dari keberadaan kita adalah pengabdian kita kepada Allah SAW. Jika kamu mengetahuinya, kamu akan memperoleh pertanyaan mengenai apa yang telah kamu lakukan dengan
pengetahuan tersebut. Ini mungkin titik terpenting dalam hidup manusia.

Maha Karya Alam Semesta
Adalah kehormatan paling tinggi bagi manusia untuk menjadi hamba Allah dan tiada kehormatan yang lebih tinggi dari itu. Berusahalah untuk menghargai dan menghormati-Nya. Selama kau menghormati-Nya, kau akan memperoleh penghargaan dan penghormatan saat ini dan sesudahnya.

Ini adalah hal yang mudah. Ini merupakan kenyataan. SubhanAllah (Maha Suci Allah)! Segala yang berasal dari kebaikan dan keburukan merupakan ujian bagi manusia karena mereka telah terpilih menjadi hamba Allah. Seorang astronot tidak dapat pergi ke luar angkasa tanpa melalui seleksi, ujian dan pelatihan yang sulit dan ketat. Begitu juga halnya dengan menggapai surga.

Jika kamu ingin meninggalkan nafsu kebinatangan, kamu harus memperoleh ujian sampai kamu diterima oleh Awliya, Rasulullah Muhammad SAW, kemudian oleh Allah SWT. Dan setelah itu, baru Allah menghendakimu sebagai hamba-Nya.

Lihat ke dalam dirimu sendiri. Tinggalkan nafsu kebinatanganmu dan gapailah surga. Allah SWT telah mengingatkan hamba-hamba-Nya,” Dengarkan Aku dan Rasul terakhir, Muhammad SAW, yang Aku utus untuk menyempurnakan dirimu dan menjadikanmu setia kepada diri-Ku. Apakah kamu menyadarinya?

Segala hal diciptakan untuk tujuan tertentu. Keledai diciptakan untuk memikul beban barangmu. Anjing diciptakan untuk menjagamu. Domba diciptakan agar kamu dapat memperoleh makanan dan minuman darinya. Untuk apakah kita semua diciptakan? Untuk mengabdi kepada-Nya dan tiada lagi selain itu.

Islam diturunkan untuk membersihkan diri dan hati manusia. Jika kamu diminta Allah untuk menjadi hamba yang bersih, kamu harus mengucapkan kepada Allah,” Aku adalah hamba-Mu ya Allah.” Namun Allah SWT tidak menganggap kita sebagai hamba-Nya semata. Allah mengatakan,” Aku hormati dan hargai kamu untuk mengabdi kepada-Ku dan menjadi umat-Ku.” (Untuk itu, kamu harus merasa bangga layaknya seorang yang bekerja untuk raja).

Ia memanggilmu,” Datanglah dan ambil bagian dalam tugasmu untuk mengabdi kepada-Ku, wahai umat-Ku. Kemana kamu akan lari?” (menuju kehidupan yang kotor, ego yang jahat dan mengikuti jalan syaitan) Mengapa kamu menolak? Jangan lakukan itu!
Manusia telah kehilangan akal pikiran mereka, atau bahkan mereka tidak menggunakannya dan meninggalkannya dalam kehancuran. (Manusia mungkin hanya menggunakan sekitar 10 persen akal mereka).

Kamu diciptakan dan dianugerahkan akal agar kamu menggunakannya. Mengapa tidak kamu gunakan? (Karena 10 persen akal yang digunakan cukup untuk memenuhi nafsu fisik. Itu saja!) Dan mengapa kita dianugerahkan 90 persen bagian akal yang lain? Inilah bagian yang tidak pernah kita gunakan, inilah yang harus digunakan untuk mengabdi kepada Allah.

Bagian terbesar dari pikiran kita adalah menyiapkan diri, perasaan, fisik dan jiwa kita untuk menjadi umat yang sempurna bagi Allah. Namun, kita tidak peduli terhadap hal itu dan meninggalkan-Nya.

Banyak orang yang sekarat dan paling tidak ada dua per tiga pikiran mereka tidak pernah digunakan. Kita harus mempertahankan pengabdian kita kepada-Nya untuk waktu yang sedikit lebih lama. Minta Allah untuk memberimu kekuatan, agar kamu dapat mengabdi kepada-Nya dibanding kepada dunia. Saat kau mengucapkan “La illaha ilallah, Mohammeden Abduhu wa Rasulu (Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad itu Rasul Allah) dan kau menerima Muhammad sebagai utusan Allah, kamu harus juga berucap:” Ya Allah, aku juga merupakan hamba-Mu.” 

Jika tidak, kamu bukan merupakan syuhada. Tidak. Kamu tidak akan diterima. Adalah hal yang bijak dalam mengatakan kalimat ini. Untuk mengatakan,” Saya juga adalah abdi-Mu (Pengabdian Muhammad bukanlah suatu masalah!)

Ego kita berkembang layaknya binatang dan tidak menerima bahwa kita mengabdi kepada-Nya. Ambil yang seperlunya dalam kehidupan ini dan tinggalkan yang lainnya dalam mengabdi kepada Allah.



Tidak ada komentar: