Laman

Jumat, 17 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (Jurang Kelupaan)

Mereka yang menyerahkan diri mereka pada tarikat cnta akan dibawa ke jurang dimanadiri mereka yang lama harus ditinggalkan. Setiap identitas, setiap kepercayaan, bagaimanapun spiritualnya, adalah pembatas. Dalam kata-kata Bhai Sahib, “Engkau tidak bisa mencapai status yang tinggi bila melekat pada suatu kepercayaan.”

Untuk keluar menuju kekosongan tak terbatas, kita harus meninggalkan semua keterbatasan, semua definisi diri dan tujuan. Ini adalah kebijaksanaan dari kemiskininan spiritual, “tidak menginginkan dan tidak memiliki apa-apa.” Tapi ,kengerian dan penghancuran yang menimbulkan kemiskinan ini, sebagai apa yang paling pusat dari rasa kita akan diri, telah dirobekkan. Seorang teman bermimpi dimana setiap benang dari hatinya dirobekrobek hingga tinggal seutas benang dimana Kekasih dapat menggunakannya untuk bermain.

Pengalaman penghancuran dan perobekan ini, seringkali disertai perasaan dikhianati. Untuk mengkhianati manusia di pusat kepercayaannya, dalam suatu bentuk yang dia percaya adalah benar, akan menghancurakan kepercayaan ini. Bila kita tahu bahwa Kekasih kita adil, tapi dia melemparkan ketidakadilan demi ketidakadilan, kemana kita akan pergi? Bila kita mencintai guru kita dan cinta ini berubah jadi melawan kita, ditolak, disalahpahami, dimana kita berdiri? Kita dikhianati di pusat keberadaan kita, lagi dan lagi, sehingga tidak ada yang dapat dikhianati lagi, sampai kita pun menjadi kosong, hingga kemiskinan absolut adalah teman kita satu-satunya.

Perjalanan pecinta sangat menakutkan karena akan membawa kita ke alam absolut. Karena Ia tanpa batas, tidak ada batas pada siksaan yang Ia berikan pada mereka yang ingin dekat padaNya. Sejak pertama kali aku melangkah ke pintu guruku, ketakutanku adalah bahwa ia akan melakukan apa pun demi Kebenaran. Saya selalu tertahan masuk oleh cerita gurunya, tentang seorang anak muda yagn dipukul mati oleh gurunya, disaksikan oleh keluarga pemuda itu. Pemuda itu mencintai sheikhnya dan hanya duduk sambil tersenyum padanya saat sheikh menggunakan tongkat dan kemudian kayu untuk memukuli sampai seseorang tak lagi dapat mengenali pemuda itu- tak ada yang tersisa; hanya seonggok tulagn belulang, darah dan daging di mana-mana. Kemudian ia berhenti dan berkata pada kelaurga sang pemuda, “Apakah ini? Tidakhkah aku memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun?” “Ya.” Kata mereka, “Kami milikmu, hidup ataupun mati; kau dapat melakukan apa pun yang kau suka.” Sheikh itu masuk ke dalam. Kemudian ia keluar lagi dan “menunjuk pada onggokan tulang dan daging…berkata…”bangkitlah!’ dan pemuda itu bangkit seutuhnya, tak ada sebuah jaringan parut pun. Dan dia gurunya berkata bahwa sejak saat itu, ia adalah “Wali.”

Cerita ini terpatri dalam keberadaanku akan internsitas dan sifat absolut dari jalan ini, baik dalam perlakkuan terhadap pemuda itu, mapupun kepasrahan keluarganya yang hanya menonton, karena ia milik sheikh “bauk hidup maupun mati.” Kekasih adalah algojo dan penyiksa kita, dan penghancur kita. Jurang itu adalah kekosongan yang berada pada pusat keberadaan kita, esensi cinta kita untuk Nya. Kerinduan telah menarik kita ke ujung jurang ini dan cinta lah yang mendorong kita ke dalamnya. Sifat paradoksikal dari tarikat, membuat jurang terbentang dari arah yang paling tak terduga, berbalik dari apa yang sudah kita persiapkan. Bagi wanita yang harus menyerahkan apa  yang dicintai, ini begitu tak terkira bahkan saat ia diberitahu tentang mimpi ini, dia tidak percaya- apapun asalkan jangan yang itu! Dalam perjalananku sendiri, jurang itu selalu hadir, berjuang gigih bertahun-tahun, tidak ingin mengerti sifat aslinya. Dunia tempat aku dilahirkan ini, kosong dan mengerikan di luar kata-kata. Saat masa kecilku, aku menahan perasaan ini bertahun-tahun dengan kekuatan kehendak dan penolakan. Tapi, segera setalah aku bertemu dengan guruku, perasaan-perasaan diabaikan mulai muncul ke permukaan, marah karena dilahirkan, dendam pada lingkungan kelas menengah dimana aku dibesarkan. Di sana, tidak ada satu rasa spiritualitas pun. Kami pergi ke gereja, menyanyikan himne dan membaca Bible, tapi kehadiranNya tak dikenali; cintaNya tersembunyi. Kepedihan jiwaku akan rasa diabaikan begitu dalam dan mengerikan. Ketika itu mengemuka, aku merasakan pengkhianatan. Bagaimana Ia yang kucintai dan kusayangi, dimana aku adalah milikNya, mengirimku kepada kengerian seperti itu, kedalam keliaran dunia yang tidak kenalNya?

Jurang itu berada di sekelilingku; itu adalah substansi masa kecilku. Saya tidak menyadari saat itu. Saya hanya mengalami kemuraman dan percaya bahwa itulah kehidupan. Tidak ada gaung ke pengetahuan jiwaku bahwa tujuan hidup adalah untuk bertasbih pada Tuhan dan mengenalNya. Tarikat telah membawa rasa sakit ini kedalam kesadaran, membuatku sadar akan kedalaman pengkhianatan ini. Ia yang kucintai, megirimku ke dunia tanpa Dia. Bagaimana ia dapat melakukan ini, bagaimana bisa ia memisahkan aku dari teman-temanNya yang mencintai Dia? Bagaimana Ia menyembunyikan wajahNya sedemikian rupa sehingga aku tidak tahu apakah Ia benarbenar ada?

Selama dua puluh tahun, aku berjalan dalam keliaran ini sampai aku bertemu guruku dan keluarga teman-temanku. Selama dua puluh tahun, perlahan-lahan jadi tersadar, bahwa melihat padaNya, mencintaiNya, memujiNya, larut dalam kekosonganNya adalah apa yagn memberikan substansi dalam hidupku. Jadi, selama bertahun-tahun, aku menolaknya, hampir pada titik kegilaan. Kenapa? Kenapa aku tidak dilahirkan dalam keluarga teman-temanNya? Kenapa ia menelantarkanku pada mereka yang telah melupakanNya?

Perlahan-lahan aku menyadari bahwa jiwaku membawa kesombongan spiritual tertentu, kesombongan yang datang dari seklusi spiritual dan penolakan akan kehidupan biasa. Kesombongan ini harus diusir keluar dari diri, dan apakah yang lebih mudah dari melemparkan saya pada keliaran tanpa Dia? Aku harus belajar untuk menghargai dibawa ke hadiratNya, diijinkan untuk dekat denganNya. Aku tak punya apa-apa untuk dipersembahkan, Aku tak punya nilai- Dia dapat saja membuangku atas kehendakNya. Di mataNya, kita semua setara, dan hanya lirikanNya dapat memberikan arti pada kita. Aku dilahirkan di dunia dimana tidak ada pengingatan. Tidak ada yang melihat ke arahNya. Setiap orang sibuk dengan kegiatan dunia. Aku merasa begitu terabaikan, tertolak dan begitu sedih. Segera setelah aku menemukan guruku, aku meinggalkan keluargaku, orang tua dan saudara-saudara- aku tak bisa menahan rasa sakit itu. Saya harus menyadari bahwa pada pusat keberadaanku, ada pengetahun bahwa aku milik Tuhan- ini sendiri adalah yang memberikan arti dan subtansi bagi hidupku. Dan perlahan-lahan aku menyadari bahwa aku harus menghilangkan kepercayaan itu-aku harus lupa bahwa aku tahu Dia. Aku harus mengalami dunia tanpaNya, merasakan jurang pengabaian yang menakutkan.

Tentu saja Ia memberikan apa yang diambilNya, tapi kepercayaan itu kembali dalam cara yagn berbeda. Kita tidak mengklaimnya bahwa itu untuk kita sendiri, kita tahu bahwa itu milikNya, dan diberikan kembali padaNya, sesuai keinginanNya. Pusat keberadaan kita tidak ditahan oleh kepercayaan ini, melainkan oleh Dia seorang. Dan saya masih merenung pada misteri Dia yang melupakan Dirinya sendiri.

Dunia diresapi oleh pengetahun tentang DiriNya sendiri, tapi kita tidak tahu itu. Setiap atom, setiap daun, melantunkan pujian padaNya dan kita tidak mendengarnya. Setiap ciptaan, setiap bunga, setiap sel, terpatri NamaNya dan kita tidak melihatya. Ketidaksadaran kita, kelupaan kita, telah menciptakan dunia ilusi ini. Ketika kita ingat akan Dia, kita dapat melihat wajahNya pada ciptaanNya. Ketika kita lupa padaNya, maka dunia ini menjadi “cerita yang disampaikan oleh si pandir, penuh suara dan kemarahan, tidak bermakna apa-apa.” Ketika aku merasakan kengerian pada dunia tanpa Dia, teror menguasaiku, berbentuk seperti lubang hitam tanpa ada tempat untuk melarikan diri. Jurang itu masih berada dalam diriku, pengingat akan seberapa banyak aku tergantung padaNya.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Jalan cinta bukanlah perdebatan yang tersembuyi.
Pintu menujunya adalah kesengsaraan.
Burung membuat lingkaran besar di udara untuk kebebasannya
Bagaimana mereka mempelajarinya?
Mereka jatuh dan jatuh, dan diberikan sayap.
(Rumi)
/
CIRCLE OF LOVE V
JURANG KELUPAAN

Tidak ada komentar: