Laman

Jumat, 17 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (Perjalanan Menuju Jurang)

Dengan menghadapi bayangan membuka pintu ke kedalaman misterius dari diri kita, ke dimensi di luar batas sadar pemahaman kita. Tapi, tarikat akan membawa kita lebih jauh dan dalam lagi dan akan datang saatnya waktu kita menghadapi jurang dalam yang begitu menakutkan sehingga kedalaman pribadi kita seperti tempat bersembunyi yg aman. Mimpi berikut ini menceritakan
tentang perjalanan ke jurang dalam itu, ke tempat dimana diri berhadapan dengan kekosongan tak bertepi dari tak-berwujud. Setiap mistis akan datang ke tepian ini, dimana hanya pemberani dan pe-nekad berani untuk melewati.

Aku berada dalam sebuah kapal tinggi yang tua. Layar diturunkan saat kita mendekati kota pelabuhan. Banyak aktifitas terlihat di sana dan di juga di pasar dekatnya. Kapal ini kemudian membongkar muatan. Di pasar, orang-orang datang dan pergi, membeli dan menjual di pasar yang besar. Perlahan-lahan aku berkumpul dengan sekelompok orang berjumlah 40, aku pemimpinnya dan orang-orang itu terlihat megnhormatiku. Tujuan kami ke sini adalah untuk bertemu dengan nabi Musa, yang kemudian akan menjadi pemimpin kita.

Kita mulai mencari Musa dan menunggu sambil bertanya-tanya. Aku mengirimkan utusan ke seluruh kota tapi tidak ada yang melihatnya; ia belum tiba. Kami menunggu dan menunggu di bawah bayangan, di bawah matahari tanpa hasil. Akhirnya, aku memutuskan bahwa ia telah pergi, dan kita akan menemuinya di salah satu tempat di gunung. Aku mengumpulkan kelompok ini, yang sekarang menjadi lebih kecil dan mulai memanjat gunung. Ini merupakan perjalanana yang panjang; kami membutuhkan daya tahan, bukan kelincahan, karena ini bukanlah pendakian yang mengerikan tapi melelahkan. Musa tetap tidak terlihat. Kini, kita berada dalam ketinggian dan menjadi sangat berkabut dan mencekam. Beberapa orang mengeluh, beberapa lainnya menyerah.

Kelompok ini menjadi makin kecil dan kecil sehingga hanya tinggal sekitar tujuh orang saja. Akhirnya kita beristirahat di puncak, pada akhir jalan. Di sini, gunung itu terlihat telah dibelah dengan kapak raksasa… Di depan kami terbentang tebing dalam, di bawahnya terdapat jurang tak berdasar, di atas kami, langit yang luas, sedikit berkabut; di belakang, terdapat tanjakan tak bertepi,ditelan kabut, dan tidak ada Musa. Ia tidak dating sama sekali, ia mengingkari kita. Kita tidak punya tempat tujuan, kita tidak tahu harus bagaimana. Kami merasa tersesat, terbengkalai, dan benar-benar sendirian, dan aku bahkan lebih sendirian daripada yagn lainnya karena aku merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang belamat buruk ini.

Mimpi ini dimulai dengan kapal yang memasuki pelabuhan. Pemimpi adalah ketua kempok yang terdiri dari 40 orang, yang mendarat dan mulai mencari Musa. Tahap pertama perjalanan telah selesai, dan pencarian dimulai dengan sungguh-sungguh. 40 adalah nomor pencarian tradisional; 40 hari adalah periode tradisi iktikaf sufi, sementara Musa memimpin orang-orang Yahudi selama 40 tahun di gurun pasir Tiih sebelum mencapai tanah yang dijanjikan. Pemimpi ini mencari Musa, pada figur batin yang akan membebaskan dirinya dari perangkap ego dan dunia hawa nafsu. Aktifitas dari pelabuuhan, datang dan pergi, menggaung aktifitas awal dari pencarian.

Perjalanan batin seringkali menampakkan ke kesaradan dengan perasaan gembira dan aktifitas. Kau mencapai pelabuhan yagn telah kau cari dan dikelilingi oleh semua kemungkinan kerinduanmu. Dalam budaya new age, kehidupan spiritual terlihat di pasar (engkau bisa membelinya); banyak buku untuk dibaca, ceramah untuk dihadiri dan latihan. Seringkali pencari menjadi bingung dengan segala aktifitas ini, terperangkap di permukaan dari pencarian. Mereka membaca terlalu banyak buku, mendatangi banyak pelatihan dan teralih perhatiannya untuk mencari sesuatu yang lebih dalam dari permukaan. Tapi pemimpi ini terpusat perhatiannya dalam mencari Musa, sebagai pembimbing batin yang akan memimpinnya ke kebebasan. Sampai sekaarang, Aku dalam mimpi, yaitu ego, menjadi pemimpin. Seringakali kita terlihat memulai perjalanan dengan rasa tujuan dan arah. Dengan mengumpulkan segala aspek diri kita, ke 40 pejalan, memulai perjalanan dan mencari tujuan, pencerahan, pemenuhan spiritual, Kebenaran. Realitas lebih dalam, yang ego tidak tahu tujuan dari pencarian ini, tidak terlihat sampai kemudian waktu. Jalan spiritual membawa kita pada dunia kemanunggalan, dimana ego, yang sifatnya sangat terpisah, tidak dapat masuk.

Tapi pada awal perjalanan menuju Tuhan, pencari mencari sesuatu, mempunyai kesadaran rasa akan arah. Pecinta mempunyai obyek dari kerinduannya, yaitu Kekasih. Dualitas pecinta dan Kekasih terpatri dalam kesadaran, dalam kesakitan perpisahan. Jalan menuju kesatuan, menuju pengetahuan tentang cinta, berarti bahwa dualitas ini akan melarut, perasaan kita akan dualitas akan mati. Kemudian, jalan ini akan membimbing semakin jauh, dari kesatuan wujud nyata hingga ke ketiadaan dari ketidakberadaan. Tapi pecinta berjalan ke arah dalam, menuju ketidakberadaannya. Awalnya, melihat ke arah ufuk yang jauh, kearah imej dari Kekasihnya.

Ia yang kita cari adalah pusat dari wujud kita, tapi seperti ikan yang mencari air, kita perlu memulai perjalanan, dan langkah pertama adalah menemukan pembimbing, menemukan kebijaksanaan yang akan membawa kita ke sana. Di tengah setiap aktifitas awal dan kesibukan perjalanan, pemimpi ini mencari Musa sebagai pembimbingnya. Dia mencari kemana-mana tapi tidak ada tanda Musa. Paradoks dari perjalanan mistis selalu hadir dalam mimpinya, yang menyarankan bahwa “tak ada darwis, tapi bila ada darwis, maka ia tidak ada di sana.”

Ini tersembunyi dalam pemimpi, yang menanyakan dan mengirim utusan. Tapi kelihatnnya tak ada seorang pun yang melihat Musa; Ia belum datang, “Sehigga kita menunggu di keteduhan sinat matahari.” Kita begitu terkondisikan bahwa harus ada objeck dari yang kita cari, bahwa kita harus mencari dan bertanya. Tapi tidak ada Musa, tidak ada yang lain yang akan membimbing kita. Pada mulanya, kita berpikir bahwa guru spiritual dapat memenuhi tugas ini. Tapi satu-satunya yang pembimbing dapat lakukan adalah membuka ke kedalaman keinginan kita dan menunjukkan pada Kekasih. Dalam kata-kata Rumi, pembimbing akan membuka topi burung rajawalimu, cinta adalah pemilik rajawali, rajamu.

Irena Tweedie berkata pada sheikhnya bahwa ia dapat memberikan pada Irena Tuhan, Bhai Sahib hanya tertaawa pada kekonyolan idenya. Hanya Ia yang dapat menunjukkan diriNya sendiri di hati orang yang mencintaiNya.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Jalan cinta bukanlah perdebatan yang tersembuyi.
Pintu menujunya adalah kesengsaraan.
Burung membuat lingkaran besar di udara untuk kebebasannya
Bagaimana mereka mempelajarinya?
Mereka jatuh dan jatuh, dan diberikan sayap.
(Rumi) 
/
CIRCLE OF LOVE V
PERJALANAN MENUJU JURANG

Tidak ada komentar: