Laman

Jumat, 17 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (KELUPAAN~Tempat Kelupaan)

Lagi-lagi,Ia memuat kita lupa. Kita begitu sibuk; kita melakukan banyak hal kecuali satu hal itu. Kebutuhan kita untu kmengingat Dia , terkubur dalam kehidupan sehari-hari, dalam aktifitas lahiriyah, dalam semua pre-okupasi dengan mana kita mennutup diri kita sendiri. Tapi, bagaimana kita lupa sesuatu yang lebih berharga dari hidup, bahwa kita adalah milikNya dan
berjanji untuk menjadi saksiNya? Bagaimana kita membuang tujuan primal ini, membiarkan kita untuk kembali ke ketidaksadaran ketika begitu banyak hal telah dilakukan untuk membangkitakan kita?

Kita dihadapkan dengan berbagai kesulitan dalam tarikat, perjuangan dengan hawa nafsu, dan kepentingan untuk menguasai pikiran. Ini adalah persoalan kita, apakah kita menerima atau menolaknya menurut kepribadian dan sifat-sifat kita sendiri. Tapi, kelupaan telah menghantui kita, mengelilingi kita dari semua sisi, menyerang kita, merayu, hingga tarikat mulai lenyap, dan kita bahkan tidak menyadarinya. Dan Ia mengijnkan kita lupa padaNya. Ia seperti Kekasih yang mengijinkan pecintaNya untuk dirayu oleh orang lain, dan Ia cukup menonton tanpa campur tangan. Ia mengjinkan kita untuk kehilangan sesuatu yang paling berharga itu -yaitu pengetahun kita tentang cinta ini.

Pada alam alastu, jiwa kita berjanji untuk menjadi saksiNya. Tapi ketika kita lahir di dunia ini, kita terbawa pada kelupaan ini. Ibn Arabi menjelaskan “kejatuhan” ini sebagai “tempat kelupaan.” Keimanan asli adalah kepribadian primordial sejalan dengan mengapa Tuhan menciptakan manusia. Ini adalah menyaksikan kemanunggalan, saat kita berjanji di alam alastu. Dengan demikikan, setiap anak terlahir, membawa perjanjian ini. Walau demikian, ketika anak itu jatuh karena jasmani ke dalam penjara Dunia, yaitu tempat kelupaan, ia menjadi tak menyadari dan lupa akan tingkat yang ia miliki sebelumnya bersama Tuhan.

Dalam pandangan sang anak, pengingatan masih ada dan bercahaya; hijab antara dua dunia, belum seluruhnya tertutup. Sebuah cerita menjelaskan seorang anak berusia 3 tahun yang baru saja dikenalkan dengan adik bayi perempuannya yang baru lahir. Anak in memaksa orang tuanya bahwa ia ingin berdua saja dengan saudara perempuannya  ini.

Mengetahui akan bahaya kecemburuan antar saudara, orang tuanya agak keberatan, tapi anak ini memaksa sehingga akhirnya mereka mengijinkannya berdua saja dengan bayi itu. Walau demikian, orang tua ini mengawasi mereka mereka melalalui monitor. Apa yang mereka dengar adalah anak laki-laki ini mendekati saudara perempuan bayinya, dan menanyakan dengan penasaran, “Kau harus bercerita tentang Tuhan, aku mulai lupa”.

Cerita serupa pun disampaikan melalui sebuah mimpi temanku yang memiliki anak kecil. Dalam mimpi ini, ayah anak ini berkata, “Bukankah ia harus mulai belajar bicara?” tapi saat sang istri mendengarkan kekhawatiran suaminya, ia mend engar anaknya bernyanyi“Dan kita mengingatNya.” Anak ini belum belajar berbicara, tapi bernyanyi  tentang“mengingat Tuhan.”

Tumbuh kembang di dunia kelupaan, anak mulai lupa pula, dan menurut kata-kata E.ECummings, “Mereka semakin lupa pada Tuhan saat mereka mulai tumbuh. Ketika aku mendengar mimpi anak yang bernyanyi tentang pengingatan itu, aku berpikir bahwa ia lupa karena dikelilingi oleh kelupaan; tidak ada gaung untuk pengingatannya. Bisakah bila ibunya ingat, anak itu tidak lupa. Bila si ibu bernyanyi tentang pengingatan akan Tuhan dalam hati, di bibirnya, bisakah anak ini menghindari gurun kelupaan ini atau perlukah kita lupa? Apakah kelupaan merupakan bagian dari perjalanan ini? Datang pada dunia penciptaan, jiwa memakaikan manifestasi dalam bentuk manusia. Bentuk manusia dibut dari citra Tuhan, tapi menurut Ibn Arabi, karena bentuk ini, manusia memiliki potensi untuk lupa akan penghambaan. Para malaikat tidak lupa, tapi manusia yang terbuat dari cintraNya, lupa. “Tuhan menjelaskan manusia melalui kelupaannya (nisyaan) karena ia berkata tentang Adam, ‘Ia lupa, (20:115).” Tapi, Ibn Arabi selanjutnya berkata, “Kelupaan itu merupakan sifat lahiyah…karena itu, (melalui lupa) kita tidak beralih arah dari apa sebenarnya kita ini. Tuhan berkata, “Mereka melupakan Tuhan , karena itu Ia melupakan mereka.” (QS9:67) dengan cara yang sesuai dengan kebesaranNya.

Ia memberikan pengalama kelupaan ini. Datang ke dunia ini dengan bentuk, yang juga merupakan dunia instingtual Ibu Besar, kita menerima kelupaan. Bentuknya, menangkap kita dengan keterpesonaan dan keinginan-keinginan; insting membawa kita ke ketidaksadaran, menarik kita pada lingkaran hidup dan mati yang tak berujung. Kelupaan adalah racun dari Ibu Besar karena ia membuat kita percaya bahwa kita hanya mewujud di sini, dalam bentuk dunia fisikal dan instingtualnya, dalam bentuknya yang beraneka ragam. Dalam dunianya, tidak ada pengingatan, hanya keinginan-keinginan, daya yang menarik kita sepanajang hidup; makanan, rumah tinggal, seks. Ibu Besar adalah dunia kelupaan dimana hanya insting kita yang cukup dipenuhi kebutuhannya.

Kita mengalami kelupaan begitu mudahnya, tapi saat kita bangkit untuk mengingat, bagaimana kita dapat mengatasi tarikat pada ke ketidaksadaran dari Ibu Besar ini, distraksinya dalam berbagai rupa bentuk? Para petapa memeranginya, berbalik dari bentuk-bentuknya, menolak keinginan instingtualnya. Mereka menggunakan sumber kesadaran berkehendak, untuk berperang dengan daya femininnya. Bahanya, ini malahdapat memberikan daya pada insting, karena penekanan insting ini, membawa energy bayangan. Petapa menjadi terpolarisasi, menolak kebutuhannya sendiri, dan tak menerima daya femimin. Ia dihantui akan diri yang tertekan ini, dan juga ia menolak sifat pencarian yang menggairahkan, kelaparan instingtual dari jiwa untuk mengingat Tuhan. Begitu banyak potensi, jadi terkunci dalam ketidaksadaran, dalam gelanggang kelupaan.

Mungkinkah ini, bahwa walaupun Ibu Besar membawa kita pada kelupaan, ia juga memegang rahasia pengingatan, rahasia yang tersembunyi dalam kata-kata “Kun (jadilah)?” Kekasih mengirim kita ke dunia untuk mengingatNya; ini adalah “misi khusus kita.” Kenapa kita harus menolak dunianya agar ingat Dia? Berapa kali sudah, matahari terbit mengingatkanku, terbang melayangnya burung kecil membangkitkan sesuatu, mata anak kecil menghantuiku? Bahkan gambaran tentang kesedihan telah membalikkan aku ke arahNya; seorang gelandangan dengan miliknya yang sedikit, menjadi cermin kekosonganku sendiri? Di duniaNya, kita mengalami kelupaanNya dan kemudian dibangkitkan dalam pengingatanNya. Dalam saat kebangkitan, kita mengenal kepedihan kelupaan kitakekosongan dunia dimana kita tidak melihat wajahNya. Tugasnya jadilah untuk tetap pada tujuan primal yang datang pada kesadaran bersama kebangkitan ini-janji jiwa untuk menyaksikan KemanunggalanNya.

“Jangan biarkan kita dalam godaan ini, “ kata Doa Tuhan. Bagaimana duniaNya mengoda kita, menarik kita, mengecohkan kita!”  Tapi, saat pejalan dibangkitkan, ia membawa kualitas kesadaran yang menampakkan apa yang tersembunyi dalam ciptaan: Satu wajah dalam banyak (sisi). Dalam kata-kata Jami, Sejak mereka menghadap Tuhan dengan ketelanjangan spiritual seutuhnya melalui pengosongan hati dari seluruh keterikatan pada dunia…dan gigih dalam tarikat tanpa kemalasan, interupsi pikiran atau disolusi kehendak, Tuhan telah menganugerahkan mereka cahaya pembuka untuk menunjukkan mereka hal-hal sebagaimana mereka apa adanya. Cahaya ini terlihat di dalam, pada kehadiran tingkatan di luar tingkat intelek.

Dengan cahaya ini, salik dapat melihat bagian bawah dari dunia fisik ini. Ketika kitamenghadap padaNya dan memulai perjalanan panjang menuju Rumah, kehidupan dapat menjadi cermin dari wahyu, dan di dalam diri instinctual, kita menemukan daya primal dari kebutuhan kita untuk menjadi saksiNya. Tempat kelupaan menjadi tempat latihan pengingatan.


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Jalan cinta bukanlah perdebatan yang tersembuyi.
Pintu menujunya adalah kesengsaraan.
Burung membuat lingkaran besar di udara untuk kebebasannya
Bagaimana mereka mempelajarinya?
Mereka jatuh dan jatuh, dan diberikan sayap.
(Rumi) 
/
CIRCLE OF LOVE – VI
KELUPAAN

“Kelupaan adalah sifat Ilahiyah (Ibn Arabi)”
TEMPAT KELUPAAN

Tidak ada komentar: