Laman

Jumat, 17 Oktober 2014

THE CIRCLE OF LOVE - (KELUPAAN~Misteri Dari Kelupaan)

Beberapa waktu yang lalu, aku duduk di lobi bandara udara menunggu boarding. Selama beberapa saat ,mataku terbuka, dan melihat bagaimana masing-masing diri penuh dengan kehadiranNya, tidak ada selain Dia, cahanyaNya, cintaNya dan kecantikanNya. Dalam beberapa saat yang sama, aku juga melihat bahwa orang-orang ini tidak mengetahuinya. Dalam pengalaman ini,
aku sadar bahwa misteri sesungguhnya adalah bukanlah karena kita semua Ilahiyyah, terisi dengan substansiNya, tapi kita tidak mengetahuinya. Kita tidak tahu bahwa kita adalah bagian dari Tuhan. Pengalaman ini membuatku terheran, bahwa bagian dari misteri penciptaan adalah kita diijinkan untuk lupa padaNya. Adalah kehendakNya, bahwa di dalam diri kita, Ia melupakan Dirinya sendiri, sama dengan keinginanNya bagi kita,untuk mengingatNya. Banyak jiwa hidup dalam kelupaannya, tidak pernah secara sadar mengetahui sifat ke-Ilahiyahannya. Tapi, beberapa jiwa terbangun untuk mengingat, dan menjadi salik, mencariNya. Bahkan bagi mereka yang hatinya telah bangun, yang sudah ditanam dengan benih pengingatan Ilahiyah, dapat berbalik dari tarikat dan melupakannya. Tidak semua pejalan menemukan jalan ke Rumahnya, mengetahui secara sadar sifat ke-Ilahiyahan. Begitu banyak gangguan dan kehilangan benang (penghubung) untuk mengingat.

Kenapa salik meninggalkan tarikat? Kenapa salik berbalik arah dari pencariannya, Kekasih bersembunyi dari pecinta? Apakah ego begitu kuatnya sehingga dapat memutar arah dari Kehendak Tuhan, ataukah hijab ini begitu tak tertembus sehingga Ia tersembuyi seluruhnya?

Bila seluruh dunia adalah Tuhan, mengapa Ia melupakan diriNya sendiri, mengapa ia bahkan mengijinkan hambaNya, bahkan yang mencariNya, untuk meninggalkannya? Apakah tarikat ini begitu sulit, jalannya terlalu panjang dan curam? Apakah pengalih perhatiannya telalu banyak? Sebegitu banyak pencari memulai dengan antusias, kemudian berjatuhan, berpindah arah, beralih kembali ke dunia. Walau demikian, kehidupan spiritual itu begitu sederhana dan jelas. Hati memadang Tuhan dan Tuhan memandang hati. Esensi kebenaran dari “Dia mencintai mereka dan mereka mencintai Dia” terpatri dalam inti ciptaan-ciptaan. Jadi, mengapa ini begitu mudah dihindari? Ini karena kita harus menghadapai diri sendiri, sisi gelap kita, ketakutan dan rasa tak aman, karena kita harus lemah dan tak yakin? Atau kesakitan yang bangkit karena kehadiranNya, tak dapat ditoleransi? Kenapa Ia menggoda kita dengan janji seperti itu, mimpi akan kebahagian tak tekira, kemdian meninggalkan kita untuk berkelana untuk dialihkan perhatiannya? Duel antara ego dan Diri begitu berat sebelah. Diri begitu kuat, abadi dan penuh daya. Jadi, mengapa ego selalu menang? Apakah karena Diri tidak bisa menggunakan dayanya, dilarang untuk menampilkan sifat aslinya? Mengapa kita tidak ingin terlalu tahu apa sebenarnya kita ini? Mengapa kita begitu puas dengan yang sedikit? Bahkan ketika ia memperlihatkan sekilas tentang apa itu yang nyata, kenapa kita melarikan diri, menyembunyikan diri sendiri dari kegemerlapan sederhana keadaan kita sendiri? Kenapa jalan ini begitu berbahaya ketika Ia adalah pondasinya, substansi dari segalanya? Kenapa orang-orang melupakanNya, tidak ingin mengingat hubungan cinta abadi ini? Kita tersesat tanpaNya, tapi kita hidup dalam kesesatan ini, ada dari hari ke hari, bekerja dan bercinta, mempunyai anak dan hutanghutang, semuaya tanpa mengakui apa itu yang nyata.

Apakah Ia begitu kejam, begitu pengecohnya? Dia menggoda kita dengan kehadiranNya. Dia membuka pintu pengingat kemudian menghijab jalan masuknya. Dia menghijabnya dengan ilusi diri kita sendiri, dengan “Aku” kita sendiri, dengan apa yang kita kira siapa kita sebenarnya, dan melihat kita terjungakal dalam kegelapan kelupaan kita sendiri. Ia membantu kita untuk ingat, dan kemudian mengijinkan kita untuk lupa. Semua adalah kehendakNya. Pengingatan kita adalah kehendakNya, demikian juga kelupaan. Dalam lingkaran cinta yang tertutup, dalam kemanunggalan sifatNya, tidak ada yang hilang, tidak ada ditemukan. Namun, lagi-lagi, kita kehilangan diri kita, dan kadang-kadang dengan kasih sayangNya, kita diijinkan untuk menemukan diri kita sendiri untuk membuka apa yang selalu ada di sana. Dan lagi-lagi, kita teralih dari pencarian, karena kerja untuk membuka. Kadang-kadang, hijab itu begitu indah kita tidak ingin membukanya, tapi menjadi sangat bergairah dengan tenunannya, dengan warna yang terajut ke teksturnya. Atau kita keasyikan dengan kegelapan hijab, dalam masalah dan distorsi yang mewakilinya. Kadang-kadang, kompleksitas kita, keraguraguan kita, dan kelemahan kita, lebih menarik daripada cahaya sederhana dari cintaNya.

Kenapa Ia melakukan ini pada diriNya sendiri, tak ada seorang pun yang tahu karena Ia begitu jauh di luar jangkauan, “Di luar ide kita tetang luar jangkauan.” Tapi kebanyakan salik yang ikhlas, yang memulai dengan antusias dan rajin, yang diperbolehkan untuk ingat sebentar, kemudian mengikuti pengingatan ini, berubah arah dari pencariannya. Hanya dalam waktu sekejap, mereka lupa; mereka mengikuti jalan kembali menuju ego, kembali pada hal-hal remeh dan ufuk diri mereka yang sangat terbatas. Pada kelupaan kita, Ia juga lupa DiriNya sendiri, sama seperti halnya dalam keingatan kita, Ia pun ingat pada kita. Dari drama abadi ini, peran apakah yang harus kita mainkan? Apakah tanggung jawab dari salik dan tugas pecinta? Apakah kita sekedar melemparkan ini dan itu dalam lautan tak dikenal, atau apakah kita dapat membawa keinginan jiwa untuk pulang ke Rumah, ke kesadaran? Pecinta merindukan Kekasihnya, dan hidup dalam kerinduan ini sampai tidak ada gangguan, sampai Ia menjadi seluruh focus kita?


The Golden Sufi Center
THE CIRCLE OF LOVE
/

Jalan cinta bukanlah perdebatan yang tersembuyi.
Pintu menujunya adalah kesengsaraan.
Burung membuat lingkaran besar di udara untuk kebebasannya
Bagaimana mereka mempelajarinya?
Mereka jatuh dan jatuh, dan diberikan sayap.
(Rumi) 
/
CIRCLE OF LOVE – VI
KELUPAAN

“Kelupaan adalah sifat Ilahiyah (Ibn Arabi)”
MISTERI DARI KELUPAAN

Tidak ada komentar: